Danik ikut wisada program sarjana dan diploma di kampus UGM, Selasa (20/5/2014). Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Kartono dan Sulasmi.
Danik berharap prestasi akademik yang diraihnya itu bisa membanggakan kedua orang tuanya yang selama ini membiayai kuliah. Dia mengaku orangtuanya bersusah payah menyekolahkan dirinya hingga bisa menyandang gelar Ahli Madya dari Sekolah Vokasi UGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena ibunya tidak bisa naik motor, setiap akhir pekan Danik membantu mengantar ibunya menagih piutang ke tempat orang-orang yang kredit barang. Tidak hanya di daerah Imogiri saja namun hingga kecamatan lain seperti Jetis dan Pundong Bantul.
"Ibu tidak bisa naik motor. Saya yang antar ke tempat pelanggannya. Setelah keliling, sehabis maghrib, saya jemput lagi," kata perempuan berjilbab.
Menurutnya hasil jerih payah sebagai tukang mindring tidaklah terlalu besar. Setiap bulan ibunya bisa mengantongi penghasilan Rp 700 ribu-Rp 800 ribu.
Uang tersebut kemudian digunakan membiayai pendidikan dirinya dan adiknya. Danik sejak SD hingga kuliah, sering mendapatkan bantuan beasiswa. Di Sekolah Vokasi UGM, Danik mendapatkan beasiswa sehingga tidak membayar uang kuliah. Selama menyelesaikan kuliah selama 2 tahun 7 bulan.
Selama kuliah, Danik tidak kos. Dia memilih menggunakan sepeda motor dari rumah ke kampus yang berjarak sekitar 20 km. Saat liburan semester, ia mengikuti praktek di rumah sakit dan puskesmas.
"Ada banyak pengalaman selama belajar langsung atau praktek di lapangan," pungkas Danik.
(bgs/try)











































