Hingga hari, ada beberapa orang asal Indonesia yang pulang umroh dan diduga terkena virus tersebut. Sampel dari cairan di tenggorokan mereka sedang diteliti, namun hasilnya belum keluar.
Tiga wilayah yang menjadi tempat tinggal mereka adalah Bali, Pekanbaru dan Medan. Di Bali, ada seorang pria yang meninggal dunia sepulang umroh. Dia memiliki gejala sesak napas dan batuk, namun juga punya riwayat penyakit paru.
Lalu di Pekanbaru, saat ini ada tiga orang yang pulang umroh dirawat di rumah sakit. Identitas mereka dirahasiakan, namun memiliki gejala yang mirip dengan pengidap MERS. Sementara di Medan, ada satu orang meninggal dunia, dua lainnya masih dirawat sepulang umroh.

Anggota tim kajian MERS dari IDI, dr Erlang Samoedro mengatakan, virus MERS 49 persen diidap oleh laki-laki dengan usia di atas 40 tahun. Virus ini menyebabkan infeksi dan menyebabkan kematian, serta bisa menular dalam perjalanan antar-negara.
"Sebenarnya sudah ada sejak 2011 namun pada April terjadi lonjakan besar. Penyebab terjadinya peningkatan pada bulan April ini belum diketahui," terang Erlang saat jumpa pers di markas IDI, Kamis (8/5/2014).
Sejauh ini, ada 495 kasus di dunia yang dilaporkan, 141 di antaranya berakhir dengan kematian. Hampir semua kasus berhubungan dengan kawasan Timur Tengah.
"Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan yang bersifat spesifik belum ada," terangnya.
Di Indonesia, Erlang sudah menerima 77 sampel, namun semuanya negatif. Sampel itu diteliti sejak musim haji tahun lalu hingga tanggal 5 Mei 2014. "Tapi mungkin sekarang sudah nambah lagi," imbuhnya.
Ahli kandungan dr. Hasnah Siregar SpOG mengatakan, wanita hamil sangat rentan terkena virus ini. MERS bisa melewati plasenta dan bisa membuat kematian. Virus tersebut juga bisa mengganggu air ketuban.
"Kalau ibunya hidup anaknya bisa cacat karena air ketubannya bisa terganggu yang membuat pertumbuhan anaknya salah. Bisa nanti tangannya bengkok atau gimana," terangnya di tempat yang sama.
(mad/mad)