Adalah Lucia Tantri Ariadi, WNI di Wellington, istri Rudy Ariadi (49) yang merupakan WNI pertama di Selandia Baru yang menekuni produk kerajinan unik serba mini, yang membutuhkan kreativitas dan ketelatenan ini.
"Seni kerajinan miniatur makanan (food miniature) dari bahan plastisen (air-dry clay) masih langka di Selandia Baru," ujar Lucia kepada PLE Priatna, WNI di Wellington seperti disampaikan pada detikcom, Senin (5/5/2014).
"Kaleng kerupuk mini, kotak minuman, boks lemari makanan serba mini kami pesan dari pengrajin miniatur di tanah air, sementara bahan plastisen ini kami impor dari Jepang," imbuh wanita berumur 48 tahun yang bekerja di Kiwi First New Zealand tersebut.
Pemilik perusahaan Kapulaga (www.kapulaga-online.com), Lucia yang berkarya sejak 1 tahun lalu, telah berhasil menjual produk untuk hadiah atau suvenir ini lebih dari 50 buah. Kolektor dan peminat terhadap karyanya terus bertambah di negeri Kiwi tersebut.
Hiasan mini dari magnet untuk lemari es, makanan Bali dalam kotak batik prada hingga nasi tumpeng ala Indonesia dibandrol dari harga 10 dolar Selandia Baru hingga 500 dolar Selandia Baru.
Seperti halnya pelukis, karya Lucia tidak bersifat masal. Setiap karya punya nilai yang unik dan khas tergantung hasrat pembeli. Satu produk miniatur dari yang paling sederhana hingga paling rumit bisa diproduksi dalam 1 atau 2 minggu.
Melalui Kapulaga, karya seni warga Indonesia di negeri Kiwi -- penemu formula jamu kunyit asam ini pun -- menambah deretan suvenir dan hiasan portable, yang sarat bernuansa Indonesia.
Tidak saja replika mini ala Hobbiton, ikon Selandia Baru, tapi juga Taman Mini Indonesia Indah, Candi Borobudur, Candi Prambanan ataupun Raja Ampat diperkenalkan dalam bentuk mini di Selandia Baru.
(ita/ita)