Begini Rumitnya Distribusi Kertas UN di Pulau Terpencil Riau

Begini Rumitnya Distribusi Kertas UN di Pulau Terpencil Riau

- detikNews
Kamis, 01 Mei 2014 13:20 WIB
Foto distribusi UN (Chaidir/detikcom)
Pekanbaru - Distribusi kertas UN di daerah terpencil seperti di Kabupaten Kepulauan Meranti, di Riau, tidak semudah yang dibayangkan. Transportasi yang harus dilalui mulai dari angkutan darat, laut dan sungai.

Itulah gambaran dalam pendistribusian UN untuk SMP tahun ajaran 2013/2014 di Kabupaten Kep Meranti. Kertas UN dari Pekanbaru diangkut dengan kapal, lantas dibawa dengan mobil selanjutnya diangkut kembali dengan kapal.

Dari sana, barulah sampai pendistribusiannya di kota Selat Panjang ibu kota kabupaten termuda di Riau itu. Kertas UN diinapkan di Mapolres Kep Meranti pada 29 April 2014.

Keesokan hari, pihak kepolisian berkoodinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemda setempat. Masing-masing sekolah selanjutnya menjemput UN untuk kembali diinapkan di Mapolsek masing-masing yang ada di Kab Meranti.

Untuk mendistribusikan ke sejumlah sekolah, sangat mengandalkan tranportasi air. Karena wilayah ini terdiri dari 3 pulau besar yakni, Pulau Tebing Tinggi sebagai pusat ibukota kabupaten, selanjutnya Pulau Rangsang dan Pulau Merbau.

Suharno (46) adalah kepala rayon pelaksanaan UN di Kecamatan Pulau Merbau. Siang itu dia bersama sejumlah kepala sekolah SMP dan MTS mengambil kertas UN di Mapolres Meranti.

Dari desanya dia bersama rombongan dikawal pihak Polsek Merbau. Pengawalan polisi ini agar kertas ujian tidak bocor. Menuju ke Selat Panjang, mereka menggunakan kapal sebagai armada transportasi utama.

Setelah kertas bahan UN mereka ambil, pihak kepolisian memberikan pengawalan sampai ke pelabuhan yang ada. Di sana tim Polsek Merbau juga sudah menunggu kertas UN.

Kertas-kertas itu mereka tumpuk dalam kapal umum. Pihak kepala sekolah dan panitia UN harus bersabar dulu. Sebab, mereka tidak bisa serta merta membawa bahan UN itu ke daerah mereka. Keberangkatan kapal harus menunggu penumpang lainnya.

Dari pagi, baru siang harinya, kapal itu berangkat menuju Pulau Mermau. Kapal yang mereka tumpangi jenis speed boat yang atapnya hanya beralaskan terpal. Tidak ada jaminan, kalau hujan terpal itu tidak tembus hujan.

Dari kota Selat Panjang, menuju Pulau Merbau tepatnya ibukota kecematan membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Itu baru sebatas tempat penyimpanan UN di Mapolsek.

Dari Mapolsek, menjelang hari ujian, barulah nantinya didistribusikan ke masing-masing sekolah. Sekolah di bawah pengawasan Suharno, adalah paling jauh.

"Tempat kami paling jauh untuk mengambil bahan UN. Di tempat kami ada 3 SMP dan 5 MTs yang akan melaksanakan UN dengan jumlah siswa sekitar 230 orang," kata Suharno.

Menurutnya, pendistribusian di kecematan Pulau Merbau, juga membutuhkan perjalanan panjang. Setelah 1,5 jam dari kota kabupaten, mereka nantinya harus melansir dari Mapolsek dengan kapal tradisional.

Kapal pompong itu dari Mapolsek Merbau, akan menuju ke desa mereka. Namun untuk pengangkutan ke desa mereka harus bersabar. Sebab, kapal hanya akan berangkat bila penumpangnya sudah penuh.

"Bisa jadi saya harus menunggu lebih dari 6 jam barulah kapal bisa berangkat. Sebab, kita juga menggunakan kapal transportasi umum bersama masyarakat lainnya," kata Suharno.

Setelah menempuh perjalanan naik kapal pompong selama satu jam, nantinya barulah didistribusikan ke sekolah. Itupun mereka harus naik sepeda motor lagi selama satu jam perjalannya dengan kondisi jalan yang kecil.

"Semoga saja jelang UN tidak ada hujan. Sebab, kalau hujan, tentunya kami tak bisa mendistribusikannya. Pasti akan terjadi keterlambatan. Kalau dipaksakan kertas UN bisa basah. Sebab, kami hanya mengandalkan kapal dan sepeda motor," kata Suharno.

Para panitia UN di desa-desa terpencil ini memang harus bekerja keras hanya untuk urusan pendistribusian. Daerah mereka yang masih minim sarana dan prasaran transportasi ini, harus berjibaku demi kelancaran UN.

Terik matahari yang begitu panas di Kabupaten Meranti ini, tidak menyurutkan, Surharno dan rekan-rekannya untuk bisa menyukseskan siswa mereka dalam menghadapi ujian nasional.

"Begitulah perjalanan kami dalam pendistribusian UN. Daerah kami terdiri dari pulau dan banyak anak sungai. Kadang juga ada lagi yang harus menyeberang dengan sampan karena tak adanya jembatan di desa kami," kata Suharno.

Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Mukhtasar (50) bahwa tingkat kesadaran masyarakatnya terus membaik.

Tahun demi tahun apa lagi setelah menjadi kabupaten tersendiri, pemda terus melakukan sosialisasi bahwa pendidikan SD tanpa dipungut biaya. Namun demikian mereka menyadari, bahwa siswa mereka tidaklah sama dengan siswa yang tinggal di kota besar.

"Kami menyadari tentunya siswa kami menghadapi UN harus belajar keras. Karena tempat kami tak sama dengan di kota besar. Ini belum motivasi orangtua murid yang masih lemah dalam mendorong anaknya belajar di rumah," kata Mukhtasar kepada detikcom.

Karenanya untuk menghadapi UN ini, seluruh siswa SMP kelas 3 hitungan sejak Januari dikebut mata pelajaran untuk UN. Mereka harus memanfaatkan waktu selama 3 bulan terakhir benar-benar belajar.

"Tiga bulan ini siswa kami khusus belajar mata pelajaran untuk UN saja. Ini agar siswa kami bisa lulus 100 persen sebagaimana tahun sebelumnya," kata Mukhtasar.

Mereka juga menyadari bahwa para guru mereka kuwalitasnya tidak sama dengan guru yang di kota besar. Namun demikian, mereka tetap harus berjibaku untuk bisa para siswanya lulus UN sebagaimana umumnya.

"Masih banyak di tempat kami, yang kadang murid satu sekolah SMP hanya 27 orang saja. Itu terdiri dari kelas satu sampai kelas 3. Guru yang status PNS hanya kepala sekolahnya saja. Selebihnya guru honor," kata Mukhtasar.

Dalam pendistribusian UN ini, Kapolres Kep Meranti, AKBP Pandra Arsyad meminta jajarannya tetap memberikan pengawalan ketat. Jangan sampai ada kertas UN yang bocor.

"Dalam pengawasan UN SMP ini, kita menerjunkan 58 personel. Mereka ini kita tempatkan sejak pengawalan pendistribusian hingga pengawasan sampai ke sekolah," kata AKBP Pandra.


(cha/mok)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads