Pantauan, Kamis (1/5/2014), sebelum menggelar aksi, para buruh ini terlebih dahulu menggelar long march dari Masjid Raya Banda Aceh menuju Bundaran Simpang Lima yang dijadikan pusat aksi. Seratusan buruh ini mulai menggelar aksi sejak pukul 09.30 WIB.
Dalam aksi yang mendapat pengawalan dari puluhan polisi, mereka membawa sejumlah spanduk dan bendera serikat pekerja masing-masing. Para buruh yang bekerja di berbagai perusahaan ini menyampaikan aspirasi mereka secara bergantian. Aksi ini sempat menarik perhatian pengguna jalan yang melintas.
Koordinator aksi Habibi Insuen, mengatakan, may day yang diperingati seluruh dunia merupakan tonggak sejarah pertarungan kelas buruh atas penindasan yang terjadi terhadap sistem pekerjaan yang tidak layak, tingkat kesejahteraan yang masih minim serta tidak adanya jaminan sosial terhadap resiko kerja.
"Gerakan buruh untuk memperoleh hak bukanlah sebuah pemberontakan apalagi sikap anti terhadap pemilik modal, melainkan sebuah kemestian yang diperoleh setelah kewajiban dan tanggung jawab telah ditunaikan," kata Habibi disela-sela orasinya.
Para buruh yang terdiri dari berbagai serikat, kata Habibi, menyatakan menolak upah murah dan meminta UMP Aceh pada 2015 naik sebesar 30 persen, meninta pemerintah mengangkat honorer menjadi PNS, dan meningkatkan kesejahteraan tenaga perawat di Aceh.
Selain itu mereka menuntut agar buruh yang bekerja di BUMN diangkat menjadi pekerja tetap, dan memberi jaminan pensiun kepada semua buruh. "Laksanakan pembahasan dan sahkan qanun ketenagakerjaan yang mengakomodir kepentingan pekerja/buruh di Aceh," ungkapnya.
Usai menggelar aksi sekitar 1 jam, para buruh ini mengakhiri orasi dengan duduk di jalan raya kemudian menggelar doa. Aksi berakhir sekitar pukul 11.00 WIB.
(mok/mok)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini