Koalisi menurut dia tak hanya diperlukan saat sebuah partai mengajukan pasangan capres dan cawapres. Namun juga dibutuhkan agar roda pemerintahan berjalan dengan efektif.
Ical mengilustrasikan, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang saat ini menghadapi 9 partai di parlemen saja sering mengalami kerepotan. Apalagi nanti presiden dan wakil presiden terpilih akan menghadapi kekuatan sepuluh partai politik di DPR.
"Koalisi parlemen harus besar. Karena kalau kecil nanti pemerintah tidak bisa menjalankan kebijakan dengan baik," kata Ical saat berbincang dengan wartawan di Epiwalk, Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan Rabu (30/4/2014).
Untuk membentuk sebuah koalisi besar, Ical sudah melakukan pertemuan dengan beberapa petinggi partai politik. Antara lain Partai Persatuan Pembangunan, Partai Hati Nurani Rakyat. Partai Keadilan Sejahtera, dan terakhir dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Terkait pertemuannya dengan Prabowo, Ical mengaku belum ada pembahasan soal capres dan cawapres. Dia juga menegaskan bahwa hingga kini masih menjadi capres dari Partai Golkar. Namun menurut dia di dalam politik segala kemungkinan itu bisa terjadi.
"Pak Prabowo masih capres dari Partai Gerindra segala bisa terjadi. Nomor satu jadi nomor dua dan nomor dua jadi nomor satu. Yang penting itu hanya instrumen," kata Ical.
(erd/brn)