Suara gemuruh yang menggema di kawasan puncak sehingga bisa didengar jelas oleh warga lereng Merapi dan sekitarnya itu diperkirakan bersumber dari jalur penghubung antara kantong magma atau dapur magma dengan kubah di puncak Merapi. Sepanjang jalur tersebut itu terdapat material gunung, seperti batu, kerikil, hingga pasir.
"Suara gemuruh itu dugaan kami merupakan proses turbolensi di dalam jalur tersebut yang berada di bawah kawah," ujar Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandrio, saat dikonfirmasi, Selasa (29/4/2014).
Menurut dia, proses turbolensi merupakan pelepasan gas yang ada di celah-celah diafragma jalur tersebut. Proses pelepasan gas vulkanik pemicu timbulnya suara gemuruh dari dalam perut Merapi.
"Suara gemuruh berasal dari material bebatuan terbawa oleh gas. Suara gemuruh itu belum menimbulkan letusan," katanya.
Selama tiga hari ini, BPPTKG mencatat beberapa aktifitas yang terjadi. Berdasarkan data, hari ini dari 00.00 hingga pukul 07.00 tercatat guguran 1 kali, low frekuensi 5 kali, dan tidak terjadi high frekuensi.
Untuk tanggal 28 April 2014, tercatat ada guguran 1 kali, gempa tektonik 7 kali, dan low frekuensi 4 kali. Sementara untuk tanggal 27 April lalu, tercatat ada 7 kali guguran, tektonik 1 kali, dan multiphase 3 kali.
(bgs/try)