4 Fakta Keterlibatan Afrischa dalam Kasus Kekerasan Seksual di JIS

4 Fakta Keterlibatan Afrischa dalam Kasus Kekerasan Seksual di JIS

- detikNews
Selasa, 29 Apr 2014 11:46 WIB
4 Fakta Keterlibatan Afrischa dalam Kasus Kekerasan Seksual di JIS
Jakarta - Penyelidikan kasus kekerasan seksual di Jakarta International School (JIS) terus berlangsung. Salah satu tersangka kasus itu, Afrischa Setyani, ikut membantu para pelaku melakukan aksi bejatnya.

Pihak kepolisian sudah menyita HP milik Afrisca. Dia juga sudah diperiksa beberapa kali. Saat ini Arfischa bersama dengan para tersangka lainnya yaitu Virgiawan alias Wawan, Agun, Zaenal, Syahrial dan Azwar telah dibui. Namun, Azwar melakukan bunuh diri dengan menenggak cairan pembersih lantai di toilet Polda Metro Jaya pada 26 April lalu.

Berikut ini adalah fakta-fakta keteribatan Afrischa dalam kasus kekerasan seksual di JIS:

Ikut Memegangi dan Membuka Baju Korban

Kekerasan seksual yang dilakukan para pelaku ini dilakukan secara berkelompok. Mereka membagi-bagi tugas agar aksi mereka bisa berjalan dengan mulus. Dalam aksi ini Afrischa berperan untuk memegangi dan juga membuka baju korban.

"Mereka ini berkelompok, bareng-bareng melakukannya. Satu kejadian itu ada 4 orang atau 3 kadang 5 orang pelakunya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada detikcom, Minggu (27/4/2014).

Tugas tiap pelaku berbeda-beda. "Misalnya 2 orang melakukannya pada korban, 1 orang bertugas jaga pintu, 1 bertugas megangin korban, 1 orang bertugas melihat situasi kondisi. Nah, si Afrischa ini yang megangin korban dan dia juga memasukkan jarinya ke dubur korban," papar Rikwanto.

Ikut Memegangi dan Membuka Baju Korban

Kekerasan seksual yang dilakukan para pelaku ini dilakukan secara berkelompok. Mereka membagi-bagi tugas agar aksi mereka bisa berjalan dengan mulus. Dalam aksi ini Afrischa berperan untuk memegangi dan juga membuka baju korban.

"Mereka ini berkelompok, bareng-bareng melakukannya. Satu kejadian itu ada 4 orang atau 3 kadang 5 orang pelakunya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada detikcom, Minggu (27/4/2014).

Tugas tiap pelaku berbeda-beda. "Misalnya 2 orang melakukannya pada korban, 1 orang bertugas jaga pintu, 1 bertugas megangin korban, 1 orang bertugas melihat situasi kondisi. Nah, si Afrischa ini yang megangin korban dan dia juga memasukkan jarinya ke dubur korban," papar Rikwanto.

Bocah Korban Pelecehan Ungkap Keterlibatan Afrischa

Adanya pelaku perempuan dalam kasus kekerasan seksual ini pertama kali diungkapkan korban. Namun petugas perlu waktu untuk menyelidiki keterlibatan Afrischa.

Bocah berusia 5 tahun yang menjadi korban kekerasan itu menyatakan ada wanita yang ikut dalam pelecehan seksual tersebut. "Anak saya bilang pelakunya itu lebih dari dua orang. Dia bilang 'many mommy. Five'. Hanya saja saya belum tahu pasti apakah kelimanya ini laki-laki atau ada perempuan juga karena menurut anak saya ada wanita juga yang ikut memukul anak saya," jelas Sang Bunda kepada wartawan di Jakarta, Senin (14/4/2014).

Bocah Korban Pelecehan Ungkap Keterlibatan Afrischa

Adanya pelaku perempuan dalam kasus kekerasan seksual ini pertama kali diungkapkan korban. Namun petugas perlu waktu untuk menyelidiki keterlibatan Afrischa.

Bocah berusia 5 tahun yang menjadi korban kekerasan itu menyatakan ada wanita yang ikut dalam pelecehan seksual tersebut. "Anak saya bilang pelakunya itu lebih dari dua orang. Dia bilang 'many mommy. Five'. Hanya saja saya belum tahu pasti apakah kelimanya ini laki-laki atau ada perempuan juga karena menurut anak saya ada wanita juga yang ikut memukul anak saya," jelas Sang Bunda kepada wartawan di Jakarta, Senin (14/4/2014).

Sempat Jadi Saksi Sebelum Jadi Tersangka

Kepolisian sempat meralat pernyataan soal status tersangka Afrischa, petugas cleaning service di TK Jakarta International School (JIS) dalam kasus kekerasan seksual terhadap seorang bocah berusia 6 tahun. Polisi kemudian menyatakan bahwa Afriska hanya berstatus saksi karena tidak ada keterlibatannya dalam kasus tersebut.

"Satu wanita AS sudah diperiksa, dia bagian cleaning service. Tidak ada keterlibatan melakukan sodomi, turut serta juga tidak ada," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, Rabu (16/4/2014).

Rikwanto mengatakan, dalam pemeriksaan sebagai saksi, Afrischa hanya menerangkan kejadian ketika melihat korban keluar dari toilet dalam keadaan menangis. Afrischa sempat menegur korban saat itu.

"Saksi sempat ketemu dengan korban berjalan sambil menangis dan ditegur oleh AS ini tetapi tidak dijawab korban," ujarnya.

Namun setelah diselidiki lebih dalam akhirnya polisi menetapkan Afrischa sebagai tersangka.

Sempat Jadi Saksi Sebelum Jadi Tersangka

Kepolisian sempat meralat pernyataan soal status tersangka Afrischa, petugas cleaning service di TK Jakarta International School (JIS) dalam kasus kekerasan seksual terhadap seorang bocah berusia 6 tahun. Polisi kemudian menyatakan bahwa Afriska hanya berstatus saksi karena tidak ada keterlibatannya dalam kasus tersebut.

"Satu wanita AS sudah diperiksa, dia bagian cleaning service. Tidak ada keterlibatan melakukan sodomi, turut serta juga tidak ada," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, Rabu (16/4/2014).

Rikwanto mengatakan, dalam pemeriksaan sebagai saksi, Afrischa hanya menerangkan kejadian ketika melihat korban keluar dari toilet dalam keadaan menangis. Afrischa sempat menegur korban saat itu.

"Saksi sempat ketemu dengan korban berjalan sambil menangis dan ditegur oleh AS ini tetapi tidak dijawab korban," ujarnya.

Namun setelah diselidiki lebih dalam akhirnya polisi menetapkan Afrischa sebagai tersangka.

Diduga Memiliki Kelainan Seksual Sadistis

Afrischa diduga memiliki kelainan seksual sadistis sehingga tega melakukan perbuatan keji terhadap bocah TK di JIS. Pengamat kriminal dan psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyatakan perbuatan sadis ini justru menimbulkan gairah bagi pelaku.

"Kalau dilihat secara sepintas memang sepertinya ini masalah seksual tapi sebenarnya ini motifnya adalah ingin menunjukkan bahwa dirinya dominan dan bisa mengendalikan orang lain. Jadi perilaku seksual ini motifnya bukan seksual tapi dominasi," katanya.

Lalu apa penyebab penyimpangan tersebut? Reza mengatakan biasanya orang yang mengidap penyimpangan itu pernah menjadi korban dominasi pihak lain. Sehingga sebagai kompensasinya dia 'balas dendam' dengan mengeksploitasi pihak lain.

"Tentunya yang mudah untuk dimanipulasi adalah anak-anak, sehingga dia memilih sasaran anak-anak," katanya.

Diduga Memiliki Kelainan Seksual Sadistis

Afrischa diduga memiliki kelainan seksual sadistis sehingga tega melakukan perbuatan keji terhadap bocah TK di JIS. Pengamat kriminal dan psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyatakan perbuatan sadis ini justru menimbulkan gairah bagi pelaku.

"Kalau dilihat secara sepintas memang sepertinya ini masalah seksual tapi sebenarnya ini motifnya adalah ingin menunjukkan bahwa dirinya dominan dan bisa mengendalikan orang lain. Jadi perilaku seksual ini motifnya bukan seksual tapi dominasi," katanya.

Lalu apa penyebab penyimpangan tersebut? Reza mengatakan biasanya orang yang mengidap penyimpangan itu pernah menjadi korban dominasi pihak lain. Sehingga sebagai kompensasinya dia 'balas dendam' dengan mengeksploitasi pihak lain.

"Tentunya yang mudah untuk dimanipulasi adalah anak-anak, sehingga dia memilih sasaran anak-anak," katanya.
Halaman 2 dari 10
(nal/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads