"Bagaimana mau diserahkan ke FBI kalau dia korbannya Vahey. Hasil yang kita peroleh dalam penyelidikan ini bisa kita gunakan untuk pencegahan kasus semacam ini di kemudian hari, tidak harus diberi ke FBI," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Brigjen Ronny F Sompie saat dihubungi detikcom, Senin (28/4/2014).
Menurutnya, data tersebut nantinya dapat disebarkan ke instansi terkait dalam negeri guna mencegah kejadian serupa di kemudian hari. "Ini bisa untuk kepentingan Indonesia sendiri, kita gunakan data-data ini untuk pencegahan di kemudian hari. Kita bagikan ke instansi terkait untuk kita jadikan dasar kerjasama pencegahan," lanjut Ronny.
Rony juga menuturkan, sampai dengan hari ini pihaknya belum menerima surat permintaan kerjasama dari FBI terkait pencarian informasi yang berkaitan dengan korban Vahey.
"Sampai hari Jumat, Kepala Biro Sekretaris NCB (National Central Bureau/Interpol Polri Indonesia) Brigjen Pol Setyo Wasisto menjelaskan belum ada pemberitahuan maupun permintaan kerjasama dari FBI tentang pencarian yang berkaitan dengan guru yang pernah bekerja di sekolah tersebut," tutupnya.
Sekadar informasi, Vahey adalah guru di JIS periode 1992-2002 yang bunuh diri pada 21 Maret 2014 di Minnesota, AS. Dia merupakan predator seks yang diduga 'memangsa' sedikitnya 90 bocah lelaki berusia 12-14 tahun.
Vahey pernah bekerja di 9 negara sebagai guru di sekolah internasional. Di Indonesia, Vahey bekerja di JIS sebagai guru ilmu sosial selama 10 tahun. Petualangannya selama 40 tahun sebagai guru terkuak setelah pembantunya di Nikaragua menemukan USB berisi gambar-gambar pornografi remaja pria. Oleh karena itu, FBI sekarang sedang meminta bantuan publik untuk menyelidiki kasus kekerasan seksual Vahey.
(vid/vid)