Pada Selasa (22/4), delegasi dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang mewakili Presiden Abbas dan perwakilan Hamas menggelar sesi pembicaraan di Jalur Gaza. Pertemuan ini merupakan yang pertama kali sejak konflik tahun 2007, ketika pasukan loyalis Barat yang didukung Abbas kehilangan kendali atas wilayah yang menjadi basis mereka kepada Hamas.
Tawaran rekonsiliasi tersebut bertepatan dengan pertemuan antara PLO yang dipimpin Fatah dan perunding Israel yang berusaha memperpanjang perundingan damai yang disponsori Amerika Serikat, yang memiliki batas waktu hingga 29 April mendatang. Sumber dari kedua pihak menuturkan, ketidaksepakatan sangat kuat antara Israel dan Palestina dalam perundingan damai tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda bisa mendapat salah satu, tapi tidak yang lain. Saya harap dia memilih perdamaian. Sejauh ini, dia belum melakukan hal itu," tegasnya.
Sejak tahun 2011, Hamas dan Fatah gagal untuk menjalankan kesepakatan bersatu akibat pertikaian dalam pembagian kekuasaan dan juga konflik dengan Israel. Hanya sedikit warga Palestna yang mengharapkan terobosan dalam kebuntuan perundingan kedua kelompok yang semakin memperburuk kondisi politik Palestina.
PM Netanyahu menuding Presiden Abbas telah memberikan permintaan yang tidak bisa diterima. Menurutnya, Abbas meminta Israel untuk membekukan aktivitas pemukiman di Yerusalem dan fokus pada penetapan demarkasi Palestina.
"Kami berusaha untuk memulai kembali perundingan dengan Palestina. Setiap kali, kami mencapai poin tertentu, muncul syarat tambahan yang dia (Abbas) tahu Israel tidak akan bisa mengabulkan," tandasnya.
(nvc/nrl)