"Kita punya tim online social media, facebook, twitter dengan positif, bukan black campaign. Umum dan ketahuan. Kita bukan membentuk cyber army. Kita tidak punya Pasukan Nasi Bungkus atau Panasbung tapi ada relawan yang inisiatif dengan positif," kata Fadli di Kantor DPP Gerindra, Ragunan, Jaksel, Rabu (23/4/2014).
Menurut Fadli, fenomena perang persepsi di media sosial ini hanya ada di Indonesia. Kelemahan dari perang persepsi di media sosial adalah lemahnya kontrol.
"Ini kita negara bebas, kita tidak punya kontrol terhadap media. Di Cina tidak bisa masuk, di Amerika terkontrol. Di Indonesia orang seenaknya saja, harus ada penertiban," jelasnya.
Fadli sendiri mengaku sering mendapat serangan dari Panasbung ini. "Saya sekarang sedang dibully, yang bully Panasbung. Ini gejala kurang sehat untuk demokrasi kita. Kalau berani, tunjukkan identitas," tegasnya.
Panasbung semakin merajalela jelang Pilpres 2014, Fadli bahkan membuat sajak khusus terkait ini. Berikut puisi Fadli Zon yang dipublikasikan di detikcom, Senin (21/4):
'Pasukan Nasi Bungkus'
Kami pasukan nasi bungkus
Laskar cyber pejuang di belakang komputer
Senjata kami facebook dan twitter
Menyerang lawan tak pernah gentar
Patuh setia pada yang bayar
Kami pasukan nasi bungkus
Hidup dari cacian dan fitnah harian
Tetap gagah bertopeng relawan
Tak kenal menyerah selalu melawan
Identitas diri jarang ketahuan
Kami pasukan nasi bungkus
Punya sejuta akun siluman
Bagai pedang terhunus
Siap menghujam setiap orang
Kami pasukan nasi bungkus
Tak takut dosa apalagi neraka
Kami bisa tertawa di balik luka
Demi sebungkus nasi dan kiriman pulsa
Fadli Zon, 20 April 2014
(trq/trq)