Rukun Santoso yang mendapat nomor urut 10, perolehan suaranya kalah dari caleg lain. Padahal, Rukun mengaku telah melakukan sosialisasi, sementara caleg yang mengalahkannya itu disebutnya tidak pernah turun untuk melakukan sosialisasi.
"Bagaimana seorang caleg tak pernah turun, tapi kenapa setiap TPS dapat suara dominan. Dia new comer. Tanpa kampanye, tanpa turun, suaranya mencapai 12 ribu. Bahkan di TPS saya sendiri, saya dibom, Pak," ujarnya saat menggelar jumpa pers di sekretariat RCC, Jalan Simatupang Nomor 6, Jati Padang, Jakarta Selatan, Rabu (23/4/2014).
Mantan ketua DPC Hanura Jakarta Selatan ini menerangkan, dia telah melakukan serangkaian sosialisasi seperti menemui konstituen dan beberapa program. Namun, perolehan suaranya jauh di bawah rekannya yang tidak pernah melakukan sosialisasi. Bahkan, di daerah Pasar Minggu yang ia mengaku dikenal banyak orang, tapi perolehan suaranya sangat jauh di bawah rekannya itu.
"Bagaimana dia caleg yang tak pernah turun tak pernah sosialisasi bisa dapat suara banyak. Suara saya cuma 6 ribu. Saya turun, semua saya dokumentasikan, saya rapi orangnya, saya dikenal, contohnya di Pasar Minggu, semua rata-rata kenal saya, tapi saya kalah banyak dari dia," katanya.
Menurut Ketua komisi A DPRD DKI Jakarta ini, pihaknya memiliki berbagai bukti seperti surat pernyataan dari warga yang menerima uang, kuitansi penerimaan uang dan rekaman suara yang menyatakan pemberian uang kepada konstituen.
Dia menjelaskan, pihaknya telah melapor ke Panwas Kota dan Provinsi, intel PAM Polres Jaksel, KPUD DKI dan Panwas Pusat dengan menyertakan bukti - bukti tersebut. Namun hingga kini belum ada respon dari pihak terkait.
"Hari ini kalau tidak panggilan dari panwas provinsi, kami akan mempertanyakan alasan panwas provinsi tidak merespon pengaduan kami. Jika tetap bungkam, kami akan adukan ke MK," tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga akan melayangkan surat ke ketua Bapilu Hanura, Hary Tanoesoedibyo, terkait kasus ini.
Dia memohon adanya keadilan dengan semua instrumen hukum terkait pelanggaran pemilu ini. Menurutnya, hal ini semata - mata ingin melaksanakan himbauan Ketum Hanura, Wiranto yang sering mengingatkan slogan 'bersih, peduli, tegas'.
Ia menjelaskan, bahwa anggota binaannya banyak yang dibom dengan dana multiplayer sehari sebelum pencoblsan.
"Goal bukan segala-galanya, tapi demokrasi yang harus ditegakkan. kalau mau money politik, saya juga bisa, saya juga kaya, tapi saya tidak mau, karena itu merusak demokrasi dan hati nurani," ujarnya.
(idh/trq)