"Tindakan bunuh dirinya meninggalkan pertanyaan lebih banyak daripada yang sudah terjawab," tulis FBI dalam situs resminya yang dikutip detikcom, Rabu (23/4/2014).
Pencarian puluhan korban Vahey dilakukan FBI untuk pendampingan dan juga proses identifikasi. "Tidak hanya untuk membantu penyidikan tetapi juga untuk pendampingan membantu para korban," tulis FBI.
Dalam data USB milik Vahey, FBI mendapatkan gambar para korban yang berumur antara 12 hingga 14 tahun terbaring tak berdaya. Dalam data berupa foto dan video dengan jumlah korban 90 orang tersebut, Vahey juga menulis secara lengkap lokasi hingga waktu pencabulan dari setiap foto.
Oleh karena itu, FBI tetap melakukan penyidikan dengan mengumpulkan informasi terkait korban-korban Vahey. Termasuk di Indonesia, karena Vahey pernah mengajar di JIS selama 10 tahun tepatnya pada 1992-2002.
"Pada saat ini, para penyidik tidak tahu apakah data itu diperjualbelikan oleh William sebagai materi pornografi yang dibuatnya," tulis FBI.
Vahey yang berprofesi sebagai guru sejak 1972 itu menjerat korbannya dengan cara mengajak mereka bepergian ke suatu tempat. Saat mereka lengah, William lalu membuat mereka tak sadarkan diri dengan memberikan obat tidur.
Saat para korban sudah tertidur dan tak sadarkan diri, barulah Vahey melancarkan aksi cabulnya. Selain di JIS, dia pernah menjadi guru di berbagai sekolah di negara-negara lain seperti London, Saudi Arabia, Iran, dan Spanyol.
"Sebagai upaya pengungkapan, FBI terus bekerja sama dengan mitra internasional kami di negara-negara yang terkena dampak," tulis FBI.
(vid/nrl)