Keakraban SDA dengan Prabowo memang sedang terjalin dekat. Bukan kali itu saja. Kemesraan hubungan PPP dengan Gerindra mulai merekah tatkala SDA menghadiri kampanye akbar Partai Gerindra di Gelora Bung Karno (GBK) saat masa kampanye sebelum pemilihan legislatif beberapa waktu lalu. Didampingi politisi PPP lainnya, Djan Farid dan KH Nur Iskandar SQ, SDA tak sekadar hadir. SDA bahkan memberikan orasi di hadapan puluhan ribu kader Gerindra yang memenuhi setengah GBK.
"Gerindra telah memutuskan calon pemimpin yang tepat. Saya makin jatuh cinta pada Pak Prabowo! Satu presiden untuk Indonesia Raya, presiden untuk kaum papa, untuk wong cilik, untuk nelayan, dan satu yang tak bisa dilupakan adalah presiden para kiai," teriak SDA saat orasi di hadapan ribuan simpatisan Gerindra di GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (23/3).
"Bersama PPP kita yakin akan menjadi besar. Kebersamaan dibangun pasti Indonesia akan jaya. Pemilu sebentar lagi ini adalah momentum yang tepat. Perubahan apa yang akan dilaksanakan untuk memantapkan komitmen membangun Indonesia," tambah SDA.
Orasi SDA sangat menggebu-gebu, menyemangati kader dan simpatisan Gerindra. Seakan antara PPP dan Gerindra telah ada kesepakatan.
"Prabowo!" teriak SDA.
"Presiden!" jawab ribuan simpatisan Gerindra.
Prabowo tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk membalas dukungan yang diberikan SDA. Ketua Dewan Pembina Gerindra itu pun memberi sinyal untuk membangun bangsa bersama-sama dengan PPP.
"Nggak ada proses tawar-menawar antara Gerindra dengan PPP. Kita sama-sama bangun negara," teriak Prabowo di momen yang sama.
Momentum kemesraan keduanya tak berhenti di GBK. Saat partai berlambang Ka'bah itu menggelar istigosah di GBK jelang akhir masa kampanye, giliran Prabowo yang datang. Setelah itu, komunikasi politik di antara keduanya terus terjalin. Politisi PPP Djan Farid ikut menemani Prabowo saat berkunjung ke Ponpes Miftahul Ulum, Jl Madrasah, Gandaria Selatan, Jaksel, Rabu (2/4).
Namun kemesraan yang tengah dirajut kedua elit partai politik ini justru memicu kegaduhan di internal PPP. Siapa nyana, sejumlah elite PPP bersuara keras terhadap langkah-langkah yang dilakukan SDA. Menurut mereka, salah satunya Waketum PPP Emron Pangkapi, apa yang dilakukan SDA telah melanggar konstitusi PPP. Kehadiran SDA dalam kampanye akbar Gerindra telah menyalahi amanah mukernas PPP di Bandung bahwa keputusan soal koalisi baru akan diputuskan dalam mukernas yang digelar setelah Pileg.
Jalinan koalisi yang dibangun SDA dengan Prabowo mulai mendapat tantangan dari internal PPP. Badai kekisruhan pun mulai bertiup. SDA bertahan dari 'serangan' para koleganya di pengurus pusat PPP. Bahkan yang mengejutkan, di tengah suasana panas yang makin mengkristal itu, SDA justru mendeklarasikan dukungan mengatasnamakan PPP atas pencapresan Prabowo Subianto di markas DPP PPP, Jalan Diponegoro, Jakpus, Jumat (18/4).
Bukan makin mereda, kekisruhan justru mengancam koalisi PPP-Gerindra ala SDA yang telah dibangun. Apalagi kedua kubu saling menggelar rapimnas untuk mengukuhkan sikap politik masing-masing. Belakangan, pada rapat pleno DPP PPP Selasa (22/4), kubu SDA menyepakati untuk mencoba mengakhiri episode panjang gonjang-ganjing ini dengan islah. Namun Sekjen PPP yang biasa dipanggil Romi justru menegaskan, islah sesuai mekanisme partai hanya dapat dilakukan melalui mukernas. Artinya, jika SDA benar-benar ingin melakukan islah sebagaimana fatwa Ketua Majelis Syariah KH Maimun Zubair, maka sang menteri agama itu harus hadir dalam mukernas PPP kubu Romi yang digelar hari ini di Bogor.
Kubu Romi menggelar mukernas III PPP di Bogor dengan agenda evaluasi terhadap kebijakan ketum, serta menentukan arah koalisi. Agenda yang sangat riskan bagi posisi SDA juga koalisi. Apakah SDA akhirnya akan memenuhi undangan Mukernas kubu Romi agar islah terwujud?
Padahal atas deklarasi itu, Gerindra sudah sangat yakin langkahnya untuk mencapreskan prabowo makin ringan. Tinggal hanya menggandeng 1 partai lagi untuk menggenapkan dukungan suara gabungan parpol. Namun jika mukernas mementahkan koalisi itu lalu memutuskan arah koalisi yang lain, lantas bagaimana nasib 'kemesraan' Gerindra-PPP selanjutnya?
Hmm...koalisi PPP-Gerindra sepertinya kian di ujung tanduk.
(rmd/rni)