Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi enggan berspekulasi lebih jauh soal identiknya nama koalisi itu dengan nama partainya. Namun menurutnya, kemiripan nama itu justru dapat menguntungkan Gerindra.
"Saya tidak tahu apakah ada hubungannya dan atau akan dihubungkan (Gerindra) dengan (koalisi) itu," ujar Suhardi kepada detikcom, Jumat (18/4/2014).
"Kita harapkan justru koalisi itu nantinya bergabung dengan kita," tambah Suhardi.
Suhardi lalu mengingatkan, sebelum wacana koalisi ini muncul, wacana serupa juga sempat muncul, yakni koalisi parpol Islam plus Gerindra. Penelusuran detikcom, wacana ini pertama kali dilontarkan oleh wasekjen PKS Refrizal.
"Usulan saya adalah 'plus Gerindra', menindaklanjuti usulan Pak Tifatul Sembiring soal koalisi partai Islam," kata Refrizal, Jumat (11/4/2014) lalu.
Namun Refrizal buru-buru menyatakan hal itu masih sebatas permisalan. "Misalnya dengan Gerindra, harus mencari titik temu dan kebersamaan," jawab Refrizal.
"Saya harap begitu. Lihat saja nanti. Tapi saya tidak begitu yakin betul, karena sejarahnya (koalisi politik Islam) kan seperti itu (sulit bersatu)," tutur Suhardi.
Namun apakah komunikasi ke parpol Islam tetap dilakukan Gerindra?
"Iya jelas. Tapi informal seperti itu saja," pungkasnya.
Wacana Koalisi Indonesia Raya mencuat dalam pertemuan 5 parpol Islam dengan perwakilan ormas-ormas Islam di Cikini pada Kamis (17/4) malam. Adalah Ketua MPP PAN Amien Rais yang pertama mengusulkan nama koalisi itu.
Filosofisnya, koalisi parpol Islam saat ini harus lebih luas cakupannya dibanding dengan gagasan serupa yang terjadi tahun 1999 saat parpol-parpol Islam membentuk Poros Tengah.
Saat ini cakupan koalisi parpol Islam harus merangkul parpol nasionalis. Alasannya, Indonesia terdiri dari beragam agama, suku dan bangsa.
Wacana koalisi ini juga dinyatakan Amin kepada Ketum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada hari yang sama sebelum malamnya bertemu parpol Islam.
(rmd/fdn)