Sekedar menikmati aliran sungai pun tak mengapa bila hilang penat adalah ganjarannya. Seperti naik di atas sampan yang didayung oleh Reni Edi Lim (55), dekat lingkungan Klenteng Boen Tek Bio.
βMendayung sampan ini saya sudah 25 tahun. Dari masih ramai penumpang sampan, sampai sekarang yang sudah cenderung sepi. Tapi pekerjaan ini bisa menghidupi saya sekeluarga selama 25 tahun,β tutur Lim di tepi Sungai Cisadane, Senin (14/4/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
βKalau penumpang lagi sepi saya sekalian memunguti sampah-sampah di sini. Satu hari bisa saya jual sampah-sampah plastik dan dapat Rp 8.000, cukup buat uang setoran ke pemilik sampan ini,β kata Lim sambil menggenggam dayung.
Dalam sehari mendayung sampan, Reni Edi Lim dapat mengantongi Rp 20.000 yang cukup untuk makan sekeluarga. Empat anak yang dia tanggung membuat Lim harus giat mengayunkan dayung selama mentari terlihat.
βApalagi anak saya yang dua lagi sudah mau menikah. Ini semakin harus rajin saya mencari uang buat tambahan biaya pernikahan,β ujar dia.
Memandangi mentari yang hendak sembunyi di ujung sungai, terasa tenang pikiran Lim meski tak seberapa keping uang dalam kantong. Berharap orang-orang membanjiri sampan milik dia tiap kali jam menunjukan waktu pulang kerja.
Bekerja apapun akan terasa berat bila secuil senyum tak menyimpul di wajah. Barangkali inilah resep Lim bisa bertahan dengan pekerjaan yang seperempat abad dia lakoni tanpa peduli akan dalamnya Sungai Cisadane.
(bpn/trq)