8 Modus Paedofil: Dari Identitas Palsu Hingga Diajak Keliling Dunia

8 Modus Paedofil: Dari Identitas Palsu Hingga Diajak Keliling Dunia

- detikNews
Rabu, 16 Apr 2014 16:23 WIB
8 Modus Paedofil: Dari Identitas Palsu Hingga Diajak Keliling Dunia
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Kejahatan seksual terhadap anak-anak masih terus saja terjadi. Korban paedofil (orang yang memiliki selera seksual pada anak kecil, red) tak pandang bulu, mulai dari anak jalanan hingga kalangan ekonomi elite tidak luput dari ancaman kejahatan ini.

Pelaku dan lokasi kejahatan juga beragam. Namun, kebanyakan dari mereka adalah kalangan dekat yang hidup berdampingan dengan korban.

Berikut adalah 7 modus paedofil menurut penelusuran detikcom, Rabu (16/4/2014):

Ilustrasi (Foto: Thinkstock)

Belasan Anak Jalanan Jadi Korban Robot Gedek

Nama aslinya Siswanto, namun lebih dikenal dengan nama Robot Gedek. Nama ini membuat heboh karena tertangkap setelah menyodomi 12 anak dan membunuhnya.

Robot Gedek yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung ini melakukan aksi bejatnya di Jakarta, Pekalongan, dan Kroya, Jawa Tengah. Kebanyakan korbannya adalah anak-anak jalanan. Pria ini kemudian diganjar hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Namun para ahli mengatakan bahwa pria ini menderita gangguan jiwa psikopat. Robot Gedek kemudian menghabiskan sisa hidupnya di penjara Nusa Kambangan. Sebelum eksekusi dilakukan, Robot Gedek meninggal akibat serangan jantung di RSUD Cilacap pada 26 Maret 2007.

Belasan Anak Jalanan Jadi Korban Robot Gedek

Nama aslinya Siswanto, namun lebih dikenal dengan nama Robot Gedek. Nama ini membuat heboh karena tertangkap setelah menyodomi 12 anak dan membunuhnya.

Robot Gedek yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung ini melakukan aksi bejatnya di Jakarta, Pekalongan, dan Kroya, Jawa Tengah. Kebanyakan korbannya adalah anak-anak jalanan. Pria ini kemudian diganjar hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Namun para ahli mengatakan bahwa pria ini menderita gangguan jiwa psikopat. Robot Gedek kemudian menghabiskan sisa hidupnya di penjara Nusa Kambangan. Sebelum eksekusi dilakukan, Robot Gedek meninggal akibat serangan jantung di RSUD Cilacap pada 26 Maret 2007.

Babe Menyodomi, Membunuh, dan Memutilasi Korbannya

Aksi keji pria paruh baya bernama Baekuni alias Babe yang saat itu berusia 49 tahun sempat heboh di tahun 2010. Babe ditangkap setelah belasan tahun melakukan sodomi, pembunuhan, dan mutilasi terhadap anak-anak.

Dari 7 korban, 4 korban di antaranya dimutilasi untuk menghilangkan jejak. Mereka dibunuh karena menolak saat akan disodomi. Aksi mutilasinya sudah dilakukan Babe sejak tahun 2007.

Kebanyakan korbannya adalah anak jalanan berusia di bawah 12 tahun. Tak hanya paedofil, Babe juga necrofil yaitu berhubungan seks dengan mayat. Atas semua perbuatannya tersebut, Babe divonis hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

Di tengah pengungkapan kasusnya diketahui ternyata Babe mengenal Siswanto alias Robot Gedek yang pernah terjerat kasus serupa. Keduanya sama-sama menjadi tukang ojek di di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Diketahui, masa kecil Babe merupakan korban sodomi. Peristiwa ini terjadi saat Babe masih berusia 12 tahun.

Babe Menyodomi, Membunuh, dan Memutilasi Korbannya

Aksi keji pria paruh baya bernama Baekuni alias Babe yang saat itu berusia 49 tahun sempat heboh di tahun 2010. Babe ditangkap setelah belasan tahun melakukan sodomi, pembunuhan, dan mutilasi terhadap anak-anak.

Dari 7 korban, 4 korban di antaranya dimutilasi untuk menghilangkan jejak. Mereka dibunuh karena menolak saat akan disodomi. Aksi mutilasinya sudah dilakukan Babe sejak tahun 2007.

Kebanyakan korbannya adalah anak jalanan berusia di bawah 12 tahun. Tak hanya paedofil, Babe juga necrofil yaitu berhubungan seks dengan mayat. Atas semua perbuatannya tersebut, Babe divonis hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

Di tengah pengungkapan kasusnya diketahui ternyata Babe mengenal Siswanto alias Robot Gedek yang pernah terjerat kasus serupa. Keduanya sama-sama menjadi tukang ojek di di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Diketahui, masa kecil Babe merupakan korban sodomi. Peristiwa ini terjadi saat Babe masih berusia 12 tahun.

Juara Karate Perkosa 40 Muridnya

Seorang juara karate bernama Fernando Torres Banea dituding menggelar pesta seks di tempat kursus karatenya di wilayah Las Palmas, Canary Islands, Spanyol. Pesta itu melibatkan murid-muridnya yang masih di bawah umur.

Torres mengatakan kepada korbannya bahwa seks akan membuat latihan karate mereka menjadi lebih baik. Pria ini memperkosa sekitar 40 anak muridnya. Hakim Salvador Alba yang menangani kasus ini menyatakan, Torres bersalah atas 35 dakwaan kekerasan seksual dan 13 dakwaan perlakuan menyimpang terhadap anak atau paedofil.

Pengadilan pun memvonis Torres dengan hukuman 302 tahun penjara. Demikian dilansir AFP, sabtu (16/3/2013).

Juara Karate Perkosa 40 Muridnya

Seorang juara karate bernama Fernando Torres Banea dituding menggelar pesta seks di tempat kursus karatenya di wilayah Las Palmas, Canary Islands, Spanyol. Pesta itu melibatkan murid-muridnya yang masih di bawah umur.

Torres mengatakan kepada korbannya bahwa seks akan membuat latihan karate mereka menjadi lebih baik. Pria ini memperkosa sekitar 40 anak muridnya. Hakim Salvador Alba yang menangani kasus ini menyatakan, Torres bersalah atas 35 dakwaan kekerasan seksual dan 13 dakwaan perlakuan menyimpang terhadap anak atau paedofil.

Pengadilan pun memvonis Torres dengan hukuman 302 tahun penjara. Demikian dilansir AFP, sabtu (16/3/2013).

Pendeta Cabuli Anak Didiknya

Seorang pendeta di Chili bernama John O'Relly terjerat kasus paedofil. Yang menjadi korbannya adalah anak-anak yang bersekolah di yayasan miliknya sendiri.

O'Reilly merupakan tokoh senior dari ordo Legion of Christ di Chile.Β  Ordo ini memiliki sebuah sekolah elit yang ada di Santiago. Demikian seperti dilansir AFP, Kamis (5/9/2013).

Legion of Christ merupakan kelompok yang beranggotakan para pendeta dan seminari yang berdiri pada tahun 1941 di Meksiko. Demikian dilansir AFP, Kamis (5/9/2013).

Pendeta Cabuli Anak Didiknya

Seorang pendeta di Chili bernama John O'Relly terjerat kasus paedofil. Yang menjadi korbannya adalah anak-anak yang bersekolah di yayasan miliknya sendiri.

O'Reilly merupakan tokoh senior dari ordo Legion of Christ di Chile.Β  Ordo ini memiliki sebuah sekolah elit yang ada di Santiago. Demikian seperti dilansir AFP, Kamis (5/9/2013).

Legion of Christ merupakan kelompok yang beranggotakan para pendeta dan seminari yang berdiri pada tahun 1941 di Meksiko. Demikian dilansir AFP, Kamis (5/9/2013).

Puluhan Anak di Panti Dijadikan Pekerja Seksual

Puluhan anak yang tinggal di rumah panti milik pemerintah di kawasan Melbourne, Australia diduga dijadikan pekerja seksual oleh sekelompok penjahat yang terorganisir.

Sindikat ini menawarkan anak-anak asuhnya kepada para paedofil dengan bayaran bayaran uang, narkoba, rokok, atau alkohol. Bahkan beberapa aksi kekerasan seksual tersebut sengaja direkam.

Tak hanya menjual, para anggota geng juga ikut mengerjai anak-anak yang sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga bermasalah. Demikian dilansir ABC Australia, Rabu (12/3/2014).

Puluhan Anak di Panti Dijadikan Pekerja Seksual

Puluhan anak yang tinggal di rumah panti milik pemerintah di kawasan Melbourne, Australia diduga dijadikan pekerja seksual oleh sekelompok penjahat yang terorganisir.

Sindikat ini menawarkan anak-anak asuhnya kepada para paedofil dengan bayaran bayaran uang, narkoba, rokok, atau alkohol. Bahkan beberapa aksi kekerasan seksual tersebut sengaja direkam.

Tak hanya menjual, para anggota geng juga ikut mengerjai anak-anak yang sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga bermasalah. Demikian dilansir ABC Australia, Rabu (12/3/2014).

Bawa Anak Keliling Dunia untuk Dicabuli

Troung (Kiri), anak angkatnya, dan Newton (kanan)
Seorang pria paedofil berasal dari Queensland, Australia bernama Peter Truong (36) divonis 30 tahun penjara oleh pengadilan AS. Truong membeli seorang bayi lelaki seharga US$ 8 ribu (Rp 95 juta), kemudian membawanya keliling dunia.

Dia membiarkan pelaku kejahatan seks untuk mencabulinya. Diduga anak kecil malang itu sudah mengalami pelecehan dan kekerasan seksual sejak sebelum berusia 6 tahun.

Tak sendirian, Truong melakukan aksi bejat ini bersama rekannya yang bernama Mark Newton (42). Keduanya ditangkap pada tahun 2011 lalu. Demikian dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (10/12/2011).

Bawa Anak Keliling Dunia untuk Dicabuli

Troung (Kiri), anak angkatnya, dan Newton (kanan)
Seorang pria paedofil berasal dari Queensland, Australia bernama Peter Truong (36) divonis 30 tahun penjara oleh pengadilan AS. Truong membeli seorang bayi lelaki seharga US$ 8 ribu (Rp 95 juta), kemudian membawanya keliling dunia.

Dia membiarkan pelaku kejahatan seks untuk mencabulinya. Diduga anak kecil malang itu sudah mengalami pelecehan dan kekerasan seksual sejak sebelum berusia 6 tahun.

Tak sendirian, Truong melakukan aksi bejat ini bersama rekannya yang bernama Mark Newton (42). Keduanya ditangkap pada tahun 2011 lalu. Demikian dilansir Sydney Morning Herald, Selasa (10/12/2011).

Pura-pura Menjadi Dokter Reproduksi di Media Sosial

Seorang manajer bergelar master, Tjandra Adi Gunawan (37) ditangkap setelah penyamarannya di Facebook terungkap. Tjandra menyamar menjadi seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter kesehatan reproduksi.
Β 
Melalui akun Facebook-nya, Tjandra menjaring korbannya. Dia mengajak berkenalan dan memberikan penjelasan mengenai kesehatan reproduksi.

Pelaku juga meminta para korbannya yang sebagian dari mereka adalah anak-anak untuk berfoto selfie mulai dari berpakaian hingga telanjang. Bahkan dia juga meminta anak-anak yang masih duduk di kelas 6-10 itu untuk melakukan masturbasi dan memotretnya.

Tak berhenti sampai di situ, Tjandra kemudian mengupload foto-foto tersebut ke jejaring sosial untuk mengadu domba antara orangtua dan guru korban. Pria yang berasal dari Surabaya ini juga melakukan pemerasan atas foto-foto yang diuploadnya itu.

Aksi Tjandra terbongkar setelah orang tua salah satu korban melaporkannya ke polisi pada 5 Maret 2014 lalu. Perkara ini kemudian ditangani oleh Bareskrim Polri.

Pura-pura Menjadi Dokter Reproduksi di Media Sosial

Seorang manajer bergelar master, Tjandra Adi Gunawan (37) ditangkap setelah penyamarannya di Facebook terungkap. Tjandra menyamar menjadi seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter kesehatan reproduksi.
Β 
Melalui akun Facebook-nya, Tjandra menjaring korbannya. Dia mengajak berkenalan dan memberikan penjelasan mengenai kesehatan reproduksi.

Pelaku juga meminta para korbannya yang sebagian dari mereka adalah anak-anak untuk berfoto selfie mulai dari berpakaian hingga telanjang. Bahkan dia juga meminta anak-anak yang masih duduk di kelas 6-10 itu untuk melakukan masturbasi dan memotretnya.

Tak berhenti sampai di situ, Tjandra kemudian mengupload foto-foto tersebut ke jejaring sosial untuk mengadu domba antara orangtua dan guru korban. Pria yang berasal dari Surabaya ini juga melakukan pemerasan atas foto-foto yang diuploadnya itu.

Aksi Tjandra terbongkar setelah orang tua salah satu korban melaporkannya ke polisi pada 5 Maret 2014 lalu. Perkara ini kemudian ditangani oleh Bareskrim Polri.

Sekelompok <i>Cleaning Service</i> Menyodomi Murid TK

Lingkungan sekolah tak lagi bisa menjamin keamanan muridnya. Seperti kasus yang menimpa seorang anak lelaki berusia 5 tahun yang bersekolah di TK Jakarta International School (JIS) Jakarta Selatan. Kasus ini mulai terungkap di pertengahan bulan April 2014 ini.

Bocah blasteran ini harus mengalami peristiwa traumatis karena ulah para pekerja cleaning service yang bekerja di sekolahnya. Setidaknya diduga ada 5 orang petugas cleaning service yang melakukan kekerasan seksual kepadanya.

Keadaan bocah itu kini masih memprihatinkan karena trauma. Banyak pihak mengecam kejadian ini. Pihak sekolah pun diminta bertanggungjawab.

Hingga kini, dua orang pelaku sudah mengakui perbuatannya. Sedangkan proses penyelidikan masih terus berlangsung.

Sekelompok <i>Cleaning Service</i> Menyodomi Murid TK

Lingkungan sekolah tak lagi bisa menjamin keamanan muridnya. Seperti kasus yang menimpa seorang anak lelaki berusia 5 tahun yang bersekolah di TK Jakarta International School (JIS) Jakarta Selatan. Kasus ini mulai terungkap di pertengahan bulan April 2014 ini.

Bocah blasteran ini harus mengalami peristiwa traumatis karena ulah para pekerja cleaning service yang bekerja di sekolahnya. Setidaknya diduga ada 5 orang petugas cleaning service yang melakukan kekerasan seksual kepadanya.

Keadaan bocah itu kini masih memprihatinkan karena trauma. Banyak pihak mengecam kejadian ini. Pihak sekolah pun diminta bertanggungjawab.

Hingga kini, dua orang pelaku sudah mengakui perbuatannya. Sedangkan proses penyelidikan masih terus berlangsung.
Halaman 2 dari 18
(sip/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads