Sebuah lukisan pasar tradisional nampak beda sendiri di antara banyak lukisan wajah. Adalah Suryadi (62) yang melukisnya pada kanvas besar.
“Ini gambar pasar di Pacitan sewaktu saya kecil dulu. Saya teringat sewaktu masa dulu itu, kalau sekarang tidak ada pasar yang seperti ini. Makanya ini cuma ada di ingatan saya saja,” ujar Suryadi jelang sore hari Jumat (11/4/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pak SBY itu orang yang baik sejak dahulu. Dia memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ayahnya itu Komandan Koramil di desa tempat saya tinggal dan orangnya sangat baik,” imbuh Suryadi.
Memandangi lukisan pasar tradisional yang dia buat selama sebulan, imaji dia semakin melayang ke masa lalu. Apalagi pada lukisan tersebut ada sebuah sepeda onthel hitam bersandar.
“Pak SBY waktu SMP pernah menjual sepeda kumbang seperti ini yang dia punya. Memang sih dia bukan dari keluarga berkecukupan, tapi hasil jual sepeda itu dia bagi-bagikan ke teman-teman dia yang berasal dari keluarga kurang mampu. Dari situlah saya lihat rasa sosial SBY sangat tinggi,” kenang dia.
Meski terpaut dua tingkat di bawah SBY semasa sekolah, namun Suryadi mengenal baik figur Sang Presiden tersebut. SBY merupakan sosok yang ramah dan mudah akrab bagi Suryadi.
“Terakhir kali saya ketemu dia sewaktu sehari sebelum dilantik tahun 2004. Saya datang ke rumahnya di Cikeas karena memang lagi open house. Saya datang ke sana untuk memberi selamat,” ucap Suryadi.
Kedatangan dia waktu itu tak mengharapkan apapun dari SBY. Bahkan dia tak menyebutkan kemahiran dirinya dalam melukis.
“Selama saya masih punya tangan, saya tidak akan meminta-minta ke siapapun. Saya menghormati Pak SBY sebagai teman masa kecil yang baik. Jadi saya tidak bicara masalah pekerjaan kepada dia waktu itu,” kata Suryadi.
“Pak SBY cuma bilang ‘terima kasih sudah datang’, kata dia. Setelah itu ya kembali ke tugas masing-masing,” lanjut Suryadi.
(bpn/trq)