"Ini merupakan tugas bersama bagi orangtua, sekolah, polisi, pemerintah, dan unsur lain yang terkait. Kita sangat berharap peristiwa seperti ini tidak terulang di masa mendatang baik yang dilakukan oleh orang-orang yang sama jenis maupun yang berbeda jenis kelamin dengan korban," jelas Dian yang berpraktik di RS Melia Cibubur ini lewat surat elektronik, Rabu (16/4/2014).
Menurut dia, di samping bantuan medis, korban yang terguncang jiwanya harus mendapatkan pertolongan seorang Psikolog untuk menyembuhkan trauma psikologisnya. Korban harus dibangkitkan lagi keceriaan dan semangat hidupnya, karena kejadian yang sangat melukai perasaannya ini akan tetap merupakan kenangan yang tidak dapat dilupakan dalam hidupnya.
Dian menyarakankan sejumlah langkah yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah agar kejadian serupa ini tidak menimpa siapapun. Berikut saran Dian.
1. Dididklah anak untuk bisa bersikap terbuka kepada orangtua. Biasakan orangtua untuk bertanya tentang pelajaran disekolah, tentang teman-temannya dll, sehingga anak terbiasa bercerita tentang kejadian-kejadian yang dialaminya.
2. Ajari anak untuk berani berkata “tidak”terutama bila tawaran atau ajakan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma sosial yang telah diajarkan orangtua.
3. Berikan penjelasan kepada anak agar anak menghargai tubuhnya. Sampaikan bahwa tak seorangpun yang berhak memegang bagian-bagian tubuhnya tanpa alasan.
4. Bimbing anak agar menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, tegas, dan tidak mudah dibujuk.
5. Orangtua harus peka apabila menemui hal-hal yang tidak biasa atau perubahan perilaku yang terjadi pada anaknya.
"Semoga bermanfaat. Marilah kita tingkatkan kewaspadaan kita," tutup Dian.
(nal/ndr)