Coretan Bebas Suryadi dalam Selembar Kanvas Kehidupan

Wong Cilik

Coretan Bebas Suryadi dalam Selembar Kanvas Kehidupan

- detikNews
Rabu, 16 Apr 2014 09:34 WIB
Jakarta -

Langit cerah membentang dengan indah menaungi kawasan Jakarta Selatan kala siang itu. Berjejer coretan-coretan indah di pinggiran pertokoan Blok M Square dengan seseorang yang duduk sambil melukis.

Di antara orang-orang yang melukis, sesosok pria tua berambut gondrong ditutup topi nampak sedang tak melukis. Pria itu bernama Suryadi (62), seorang pelukis yang tidak memajang lukisannya dengan yang lain.

“Kalau saya sih melukis bukan untuk dijual, tapi kalau lagi mau melukis ya melukis. Kalau lagi dapat inspirasi ya saya melukis. Melukis itu kan tidak bisa dipaksakan,” ujar Suryadi di tengah keramaian pusat perbelanjaan, Jumat (11/4/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melukis bagi Suryadi adalah ketika apa yang ada dalam pikiran benar-benar tersalurkan dalam media gambar. Menuangkan inspirasi jauh lebih bernilai ketimbang hanya sekedar menerima pesanan.

“Lukisan saya pernah ditawar orang sampai Rp 20 juta, tapi sudah lama sekali. Setelah itu lama tak ada lagi, lalu saya coba melukis kecil-kecil palingan dapat Rp 3 juta kalau ada yang nawar. Tapi saya nggak mau hidup hanya menjual lukisan, tapi saya melukis selama masih hidup,” kata Suryadi.

Hidup sebatang kara di Ibukota pun menurut Suryadi tak terasa sepi ketika terus melukis. Menumpang hidup pada sebuah masjid, Suryadi juga sekalian merawat tempat ibadah.

“Pokoknya prinsip saya itu selama masih hidup pasti ada jalan untuk cari makan. Yang penting kita nggak usah menggantungkan diri sama orang lain, termasuk sama pemerintah,” tutur Suryadi.

Melukis sejak tahun 1979 di Ibukota rupanya tak membuat pria jebolan ISI Solo ini bosan. Meski tak rampung dalam meraih jenjang sarjana, tapi ilmu yang ia dapat selalu diterapkannya.

“Kalau buat makan sih saya kerja apa saja bisa. Disuruh ngaduk semen ya bisa, masang keramik bisa, bikin rancangan rumah juga bisa. Banyak cara buat cari makan,” ucap Suryadi.

Sejurus kemudian Suryadi bergegas mengambil lukisan karya dia. Sebuah karya berbeda dari kebanyakan lukisan di situ.

“Di sini kebanyakan menggambar sketsa wajah orang lewat. Kalau saya alirannya realistis, jadi bukan gambar wajah,” kata dia kemudian sambil memamerkan sebuah lukisan bergambar pasar tradisional guratan tangan terampil dia.

Bentangan kanvas putih selalu siap untuk digoreskan lukisan agar bermakna bagi siapapun yang membuatnya. Layaknya sebuah kehidupan yang selalu siap diisi coretan-coretan makna.

(bpn/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads