"Menakertrans katakan karena tidak becusnya tim yang dikirim pemerintah sehingga perlu terjemahannya (bahasa Arab) itu gagal kurangi jumlah diyat," tutur Maftuh dengan nada tinggi saat jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam di Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Selasa (15/4/2014).
Maftuh membantah jika dikatakan alotnya negosiasi pembayaran diyat Satinah karena terkendala bahasa. Sebab saat menemui keluarga korban dirinya didampingi oleh Dubes Indonesia di Arab Saudi yang fasih bahasa Arab.
"Sebenarnya bukan itu, kalau nggak bisa bahasa Arab, yang dampingi dubes yang mimpinya saja pakai bahasa Arab. Tepatnya adalah menteri ini (Menakertrans) tidak berikan kontribusi petunjuk apa yang harus kami lakukan," tutur mantan menteri agama ini.
Maftuh mengatakan saat ini pemerintah sudah membebaskan TKI yang terancam mati di sejumlah negara sebanyak 184 orang. Di Arab Saudi sendiri ada 48 orang yang dibebaskan dan akan bertambah satu lagi yakni Satinah.
"Tinggal sekarang (kasus) Zaenab, moga-moga bisa diselesaikan oleh Menakertrans," sindir Maftuh.
Mendengar hal ini, Menko Polhukam Djoko Suyanto yang berada duduk disampingnya menimpali bahwa pernyataan Maftuh itu tidak terkait dengan politik.
"Nggak ada hubungannya sama pemilu loh ya," kata Djoko disambut tawa para wartawan.
Belum ada tanggapan dari Muhaimin soal ini. Upaya konfirmasi ke ponselnya belum membuahkan hasil.
(mpr/rni)