"Saya merasa sangat sedih karena hal ini terjadi... dan juga merasa sangat bertanggung jawab," ujar Kepala Intelijen Korsel, Nam Jae-joon kepada wartawan seperti dilansir AFP, Selasa (15/4/2014). Permohonan maaf Nam ini disampaikan selang sehari setelah pengunduran diri Wakil Kepala Intelijen Korsel.
National Intelligence Service (NIS) dituding memalsukan sejumlah dokumen -- termasuk rekaman kontrol perbatasan China -- demi merekayasa kasus spionase terhadap seorang mantan pejabat kota Seoul yang berhasil kabur ke Korsel dari Korut pada tahun 2004 lalu.
Jaksa nasional telah memulai penyelidikan skandal ini sejak Februari lalu, setelah otoritas China memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut tidak otentik. Sebagai Kepala NIS, Nam bertubi-tubi mendapat tekanan dari politisi dan aktivis HAM untuk mengundurkan diri.
Namun jaksa di Seoul yang menyelidiki skandal ini tidak meyakini bahwa tindak pidana pemalsuan ini merupakan bagian dari operasi yang lebih besar yang dirancang oleh pemimpin NIS.
Sejauh ini, dakwaan rekayasa barang bukti ini dijeratkan terhadap tiga agen NIS. Seorang agen NIS lainnya mencoba bunuh diri bulan lalu ketika penyelidikan tengah berlangsung, namun gagal. Agen tersebut akan diadili setelah dia keluar dari rumah sakit.
Kepada publik, Nam bersumpah untuk memperbaiki metode investigasi lembaganya demi mendapatkan kembali kepercayaan publik.
"Kami akan menggunakan kesempatan ini untuk melakukan evaluasi ulang atas metode investigasi kami, mencabut yang salah dan melakukan perbaikan sistem yang menyeluruh, jadi hal-hal semacam ini tidak akan pernah terjadi lagi," tegasnya.
(nvc/ita)