"Sebutan masyarakat blood moon atau purnama merah darah, tapi ini sebenarnya fenomena yang biasa setiap gerhana bulan seperti itu," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin kepada detikcom, Selasa (15/4/2014).
Thomas menjelaskan warna merah saat gerhana ini terjadinya hamburan cahaya matahari oleh atmosfer Bumi. "Akibatnya cahaya biru menjadi berkurang dan yang terlihat warna merahnya," kata dia.
Thomas mengatakan, warna merah ini akan makin jelas bila ada debu-debu hasil letusan gunung berapi di permukaan atmosfer Bumi. "Kalau ada debu-debu ini akan makin merah warnanya," imbuhnya.
Sebelumnya, BMKG menyatakan warga di Papua dan sebagian besar Maluku bagian timur akan dapat melihat fase gerhana bulan sebagian. Saat itu langit di kawasan tersebut sudah mulai gelap sehingga bulan bisa terlihat.
Sementara warga di Maluku bagian Barat, Sulawesi, Nusa Tenggara, sebagian besar Kalimantan bagian Timur dan Jawa bagian timur akan mendapati bulan berada dalam fase gerhana bulan penumbra hingga berakhirnya gerhana tersebut. Sama seperti di bagian timur Indonesia, langit di kawasan ini juga mulai gelap sehingga gerhana bulan masih bisa terlihat.
Sedangkan warga di Jawa bagian barat, Kalimantan bagian barat dan Sumatera tidak dapat mengamati gerhana bulan total 15 April 2014. Ini mengingat proses gerhana sudah berakhir pada saat bulan terbit di wilayah tersebut.
(nal/nwk)