Di daerah pemilihan yang meliputi Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kota Blitar, dan Kota Kediri itu perolehan suara Demokrat turun.
Perempuan kelahiran Palu, Sulawesi Tengah, 27 November 1977 itu pun berniat pulang kampung dan melupakan, bahwa dia pernah menjadi caleg. "Aku menyerah, karena aku bingung diombang-ambingkan perhitungan suara," kata Noriyu saat berbincang dengan detikcom, Senin malam (14/4/2014).
Kecurangan menurut dia terutama terjadi saat peralihan data dari D1 ke C1. Sementara di website resmi KPU informasi informasi tentang data C1 ini sangat minim. Bahkan tidak sedikit data C1 berbeda dengan data D1.
Tim Noriyu kemudian mencoba menelusuri ke Panitia Pengawas Pemilu, Komisi Pemilihan Umum, DPC Partai, dan caleg tandem. Namun hasilnya sama saja. "Rasanya kok ya begini proses pemilu, padalah perolehan suara kan hak mutlak caleg, kenapa mendapatkan hak itu sulit sekali," kata perempuan yang masih tercatat sebagai anggota Komisi Kesehatan DPR RI ini.
Bagi Noriyu proses pemilihan umum tahun ini terlalu absurd. "Saya ingin menyerah dan pulang. Melupakan saja," kata perempuan yang juga seorang psikiater ini.
Proses pemilu 2014 akan dia lupakan, namun Noriyu berjanji akan menuntaskan kerjanya di DPR yang tinggal 4 bulan lagi. Antara lain menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Keperawatan, dan RUU tentang Kesehatan Jiwa.
(erd/van)