Pria berusia 36 tahun itu sudah berkeliling menjual abu gosok sejak tahun 1998. Dia mengaku, saat ini masih cukup banyak rumah tangga yang menggunakan abu meski kalah saing dengan produk pembersih cuci piring.
"Pokoknya sejak Pak Harto itu dah, lupa saya tahunnya. Ya keliling pakai pikulan gini buat ngabu," kata Saleh saat ditemui di kontrakannya yang tersembunyi di Gang Haji Dahlan, Kelurahan Tegal Parang, Jakarta Selatan, (4/4/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski berpenghasilan kecil sekitar Rp 40 ribu sampai Rp 70 ribu sehari, pria asal Bekasi, Jawa Barat itu bertahan. Uang sebesar itu pun dihemat-hemat Saleh untuk menjalani kehidupannya.
Saleh tidak patah arang meski dagangannya sedikit kurang diminati. Bahkan, terkadang orang-orang menyangsikan apakah abu gosok masih laku hingga saat ini.
"Ada juga yang nanya kok masih jualan abu. Kenapa nggak jualan yang lain. Sampai sekarang masih ada aja yang beli. Di pasar-pasar juga," kata Saleh yang sudah bercerai dengan istrinya beberapa tahun silam.
(dha/trq)