Sejak 10 tahun terakhir, jalur Ciawi-Sukabumi memang dikenal sebagai 'neraka' kemacetan. Ada sejumlah titik penyebab kendaraan harus berhenti. Mulai dari pasar tumpah, jalan rusak, jembatan ambles, aktivitas pabrik, hingga lalu lintas di pertigaan yang diatur seenaknya.
Untuk pasar, sedikitnya ada empat titik yang kerap menjadi biang kemacetan, seperti: pasar Ciawi, pasar Caringin, pasar Cicurug, dan pasar Cibadak. Di lokasi tersebut, pedagang kadang meluber hingga pinggir jalan. Lalu lintas semrawut karena ramainya aktivitas warga yang hendak berbelanja. Belum lagi angkot yang keluar masuk pasar.
Bagaimana dengan jalan rusak? Sejauh pantauan detikcom, ada beberapa yang kondisinya sangat parah. Pertama, ada 'gelombang' kerusakan aspal di kawasan depan pasar Ciawi dan Bakom, Kabupaten Bogor. Kedua, jalan rusak nampak jelas di depan pasar Caringin, Bogor. Ketiga, kerusakan juga muncul di sekitar Lido, Bogor. Lubang-lubang besar menganga seperti di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, bisa ditemui banyak di area-area tersebut.
Upaya perbaikan jalan sudah berulang kali dilakukan. Bahkan nyaris setiap tahun. Tapi, kerusakan itu nyaris tak pernah bisa hilang secara permanen.
Yang paling aktual sebagai biang kemacetan adalah jembatan rusak di Caringin, Bogor. Pada 8 Oktober 2013 lalu, terjadi longsor di kawasan tersebut. Jalur utama yang menghubungkan kabupaten Bogor dan Sukabumi itu pun putus. Lalu lintas macet total, bahkan bisa disebut lumpuh. Kendaraan akhirnya terpaksa dialihkan ke jalur alternatif melalui Cihideung, Bogor, hingga membuat jalanan sempit di kaki Gunung Salak tersebut terkena imbas macet. Presiden SBY yang hendak melakukan kunjungan kerja ke Sukabumi terpaksa berputar dulu ke Cianjur dan menempuh jarak yang lebih jauh.
Hingga hari ini, perbaikan jembatan itu tak kunjung selesai dilakukan. Kementerian Pekerjaan Umum baru memasang jembatan sementara dengan pondasi batu, kayu dan besi. Namun proyek sementara itu tak bisa maksimal menahan beban ribuan kendaraan yang setiap hari melintas. Puncaknya, pada akhir pekan lalu, terjadi kerusakan di salah satu bagian yang membuat hanya satu jalur yang bisa dilintasi. Kemacetan parah kembali terulang.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PU, Danis Sumadilaga, mengatakan kontrak kerja dengan pihak ketiga yang memperbaiki jembatan baru selesai dilakukan. Dalam waktu dekat proses perbaikan permanen siap digeber. "Paling tidak akan lebih dari 3-4 bulan lamanya," ungkap Danis soal waktu perbaikan.
Bukan hanya itu jembatan yang jadi biang macet. Di kawasan Cimande, Bogor, ada juga jembatan yang kerap mengalami kerusakan hingga membuat kendaraan berjalan pelan. Tahun ini, jembatan itu juga kembali rusak di beberapa titik. Kementerian PU sudah membuat jalur alternatif di sisi kanan dan kiri guna memperlancar arus, sementara jembatan itu diperbaiki.
Selain faktor di atas, pemberi kontribusi cukup besar terhadap kemacetan dan jalan rusak di jalur tersebut adalah truk-truk dengan tonase besar yang melintas. Catatan detikcom, setiap 10 menit, sedikitnya ada 5 truk yang melintas di kedua arah. Mereka mengangkut pasir, air galon mineral, hingga kontainer berat. Frekuensinya meningkat pada malam hari.
Pakar tata ruang dari Institut Pertanian Bogor Dr Ernan Rustiadi mengatakan, jalur Ciawi-Sukabumi sejak era Orde Baru memang sudah jadi perhatian. Intensitas kendaraan yang melintas dianggap tak sebanding dengan kondisi jalanan.
Sayangnya, tak ada antisipasi cepat dari pemerintah untuk membuat jalur tol kala itu. Rencana jangka panjang yang dibuat untuk jalan bebas hambatan pun hingga kini belum terealisasi.
"Beban arus lalu lintas dengan infrastruktur yang ada jauh dan sudah tidak memadai. Pembangunan tol, urgensinya sepertinya terabaikan. Kalah dengan yang lain," kata Ernan yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Pertanian IPB ini, kepada detikcom, Jumat (11/4/2014).
Berbagai upaya untuk mengatasi kemacetan di jalur 'neraka' tersebut sebetulnya ada yang sudah dilakukan. Misalnya dengan memaksimalkan jalur alternatif Cihideung, Bogor. Selain itu, jalur kereta api Sukabumi-Bogor, sudah kembali dibuka. Namun dua upaya itu belum maksimal karena jalan Cihideung masih relatif sempit dan kereta jadwalnya masih terbatas.
Jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi yang sudah ditenderkan kini masih dalam proses pembebasan lahan. Menurut Ernan, proyek sepanjang 53,6 kilometer ini bisa jadi juru selamat kemacetan di jalur tersebut. Namun, masalah klasik yakni urusan 'mafia' tanah bisa jadi penghambat. Harapan warga Sukabumi-Ciawi-Bogor untuk bisa bebas dari kemacetan pun sepertinya harus menunggu beberapa tahun lagi.
"Kita doakanlah. Siapa pun presiden terpilih, dia berani mewujudkan dengan cepat proyek ini," tegasnya.
(mad/nwk)