Tiga partai yang berhasil mencapai suara di atas 10 persen namun di bawah 20 persen, yaitu PDI Perjuangan, Golkar, dan Gerindra diingatkan untuk tak asal menggandeng mitra koalisi dengan partai papan tengah untuk memuluskan langkah calon presidennya masing-masing.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Dwipayana, menekankan semua partai politik harus mengevaluasi bentuk koalisi yang pernah dilakukan pada Pemilu 2004 dan 2009 lalu. Koalisi jangan hanya didasari pada pragmatisme kekuasaan. "Itu tidak membuat pemerintahan yang efektif," kata Arie saat berbincang dengan detikcom, Kamis (10/4/2014).
Arie mengatakan koalisi yang dibutuhkan saat ini adalah yang didasarkan pada platform ideologis dan juga platform kebijakan partai. Hal ini bertujuan untuk membangun pemerintahan yang kuat dan efektif. "Misalnya kalau PDIP ingin membangun sistem presidensial yang kuat maka harus percaya diri," ujarnya.
Jadi, Arie menegaskan, politik "dagang sapi" atau juga politik transaksional harus dihindari karena kalau hanya didasari pada kepentingan sesaat guna mencari keuntungan maka tidak akan bisa membentuk pemerintahan yang efektif dan kuat. "Harus dipikirkan untuk membangun koalisi yang permanen," ujar Arie menegaskan.
(brn/trq)