Kejutan Serba Dua Pasca Pileg 2014

Kejutan Serba Dua Pasca Pileg 2014

- detikNews
Kamis, 10 Apr 2014 05:25 WIB
Kejutan Serba Dua Pasca Pileg 2014
Jakarta - Proses penghitungan suara pemilihan legislatif sedang berlangsung. Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru akan mengumumkan hasil pemilihan legislatif pada tiga pekan mendatang. Namun dari penghitungan cepat yang dilakukan beberapa lembaga survei, urutan pemenang pemilu sudah dapat terlihat.

Hasil pileg sementara yang dirilis lembaga survei dengan hasil hitung cepat atau quick count, menunjukkan banyak kejutan yang tak terprediksi sebelumnya, mulai dari 'gagal'nya PDIP menembus batas presidential treshold (PT) 25 persen, parpol yang anjlok karena terpaan isu korupsi, namun di sisi lain ada parpol yang mengalami lonjakan suara signifikan, hingga 'hasil' pileg justru memicu perpecahan internal parpol.

1. Turun Karena Terpaan Isu Korupsi

Dua partai politik mengalami penurunan suara berdasarkan hitung cepat, yakni PKS yang meraih 6,90 persen dan Partai Demokrat 10 persen. Pada pemilu 2009, PKS meraih suara 7,88 persen. Sementara Demokrat 20,85 persen.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titik Anggraini mengatakan turunnya elektabilitas kedua parpol tersebut tak bisa dilepas dari rekam jejak oknum kader yang terjerat kasus hukum. Ditambah tahun-tahun menjelang Pemilu 2014, masyarakat Indonesia semakin melek politik.

"Kayak PKS dan Demokrat. Kalau PKB dan PPP tampaknya hasil sementara ini menunjukkan kenaikan suara," kata Titik di gedung RRI, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2014).

"Isu-isu sosial dan politik yang berkembang di tahun terakhir sangat berkontribusi pada persepsi masyarakat terhadap parpol dan calon. Lalu kualitas calon ketika berkampanye dan menjangkau pemilih, dua hal itu paling berpengaruh," ujarnya.

Namun dampak terbesar adalah isu anti korupsi yang menjerat tokoh-tokoh parpol dari PKS dan Demokrat. Sehingga kedua parpol yang menguasai senayan dua periode ini cenderung jatuh.

"Khusus Demokrat, ini prediksinya di atas survei sebelumnya yang memprediksi lebih rendah. Tapi mengapa suara Demokrat agak lebih tinggi sedikit? Karena ada caleg-caleg yang di lapangan bekerja keras, jadi mereka di atas 9 persen," tutup Titik.

1. Turun Karena Terpaan Isu Korupsi

Dua partai politik mengalami penurunan suara berdasarkan hitung cepat, yakni PKS yang meraih 6,90 persen dan Partai Demokrat 10 persen. Pada pemilu 2009, PKS meraih suara 7,88 persen. Sementara Demokrat 20,85 persen.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titik Anggraini mengatakan turunnya elektabilitas kedua parpol tersebut tak bisa dilepas dari rekam jejak oknum kader yang terjerat kasus hukum. Ditambah tahun-tahun menjelang Pemilu 2014, masyarakat Indonesia semakin melek politik.

"Kayak PKS dan Demokrat. Kalau PKB dan PPP tampaknya hasil sementara ini menunjukkan kenaikan suara," kata Titik di gedung RRI, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2014).

"Isu-isu sosial dan politik yang berkembang di tahun terakhir sangat berkontribusi pada persepsi masyarakat terhadap parpol dan calon. Lalu kualitas calon ketika berkampanye dan menjangkau pemilih, dua hal itu paling berpengaruh," ujarnya.

Namun dampak terbesar adalah isu anti korupsi yang menjerat tokoh-tokoh parpol dari PKS dan Demokrat. Sehingga kedua parpol yang menguasai senayan dua periode ini cenderung jatuh.

"Khusus Demokrat, ini prediksinya di atas survei sebelumnya yang memprediksi lebih rendah. Tapi mengapa suara Demokrat agak lebih tinggi sedikit? Karena ada caleg-caleg yang di lapangan bekerja keras, jadi mereka di atas 9 persen," tutup Titik.

2. Dua Partai Melonjak

Dalam hitung cepat yang dilakukan CSIS-Cyrus, PKB meraih suara 9,20 persen. Ada dua hal menarik dari partai yang berbasiskan kaum nahdliyin ini. Pertama, partai yang semula besutan almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini mampu melampaui parpol-parpol Islam lainnya.

Kejutan kedua, parpol berlambang 9 bintang yang mengelilingi bola dunia itu juga mampu terdongkrak suaranya dari 4,94 persen pada pemilu 2009 menjadi 9,50 persen.

Kenaikan sekitar 5 persen suara PKB ini tentu menarik untuk dianalisa. Sebab dalam kurun lima tahun belakangan ini, partai pimpinan Muhaimin Iskandar ini tak sepi dilanda konflik internal. Bahkan dalam masa kampanye lalu, PKB digugat keluarga Gus Dur. Dari manakah limpahan suara PKB?

Partai fenomenal lainnya, Partai Gerindra. Partai yang sudah mencapreskan Prabowo Subianto ini pun meraih suara yang tak kalah besarnya dibanding PKB. Pada Pemilu 2009, partai berlambang kepala Garuda ini meraih suara 4,64 persen. Namun dalam hitung cepat CSIS-Cyrus dan beberapa lembaga survei lainnya, Gerindra mampu meraup suara hingga kisaran 11 persen.
Kenaikan signifikan suara Gerindra tak lepas dari pengaruh sosok Prabowo Subianto (Prabowo Effect).

Kedua parpol ini juga memiliki kursi yang sama di DPR. PKB dengan 27 kursi, sementara Gerindra 26 kursi. Bedanya, PKB memilih merapat pada koalisi pemerintah. Sementara Gerindra memposisikan diri sebagai oposisi.

Selain PKB dan Gerindra, Partai NasDem sebagai partai baru sebenarnya juga mendapatkan suara yang signifikan dengan suara sekitar 6,90 persen.

2. Dua Partai Melonjak

Dalam hitung cepat yang dilakukan CSIS-Cyrus, PKB meraih suara 9,20 persen. Ada dua hal menarik dari partai yang berbasiskan kaum nahdliyin ini. Pertama, partai yang semula besutan almarhum KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini mampu melampaui parpol-parpol Islam lainnya.

Kejutan kedua, parpol berlambang 9 bintang yang mengelilingi bola dunia itu juga mampu terdongkrak suaranya dari 4,94 persen pada pemilu 2009 menjadi 9,50 persen.

Kenaikan sekitar 5 persen suara PKB ini tentu menarik untuk dianalisa. Sebab dalam kurun lima tahun belakangan ini, partai pimpinan Muhaimin Iskandar ini tak sepi dilanda konflik internal. Bahkan dalam masa kampanye lalu, PKB digugat keluarga Gus Dur. Dari manakah limpahan suara PKB?

Partai fenomenal lainnya, Partai Gerindra. Partai yang sudah mencapreskan Prabowo Subianto ini pun meraih suara yang tak kalah besarnya dibanding PKB. Pada Pemilu 2009, partai berlambang kepala Garuda ini meraih suara 4,64 persen. Namun dalam hitung cepat CSIS-Cyrus dan beberapa lembaga survei lainnya, Gerindra mampu meraup suara hingga kisaran 11 persen.
Kenaikan signifikan suara Gerindra tak lepas dari pengaruh sosok Prabowo Subianto (Prabowo Effect).

Kedua parpol ini juga memiliki kursi yang sama di DPR. PKB dengan 27 kursi, sementara Gerindra 26 kursi. Bedanya, PKB memilih merapat pada koalisi pemerintah. Sementara Gerindra memposisikan diri sebagai oposisi.

Selain PKB dan Gerindra, Partai NasDem sebagai partai baru sebenarnya juga mendapatkan suara yang signifikan dengan suara sekitar 6,90 persen.

3. Berujung Ancaman Munaslub 2 Parpol

Penghitungan hitung cepat (quick count) oleh lembaga survei bukanlah pengumuman akhir dan resmi. Namun hasil sementara dari hitung cepat ini justru membuat soliditas Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terancam pecah.

Perolehan suara sementara Partai Golkar sekitar 14,30 persen, mendorong partai pohon beringin itu harus mengevaluasi kembali pencapresan Aburizal Bakrie (Ical). Pasalnya, dalam survei terakhir elektabilitas ketua umum Partai Golkar itu berada di bawah elektabilitas Golkar yakni sekitar 11 persen.

Wacana munaslub yang sempat mencuat pra pileg dapat kembali menguat karena Golkar harus segera memutuskan sikap politik untuk berkoalisi dengan parpol lain. Penentuan pasangan koalisi Golkar akan mempengaruhi posisi Ical yang sudah ditetapkan sebagai capres, bukan cawapres.

Selain Golkar, PPP mengalami problem yang sama. Sikap Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang menghadiri kampanye akbar Gerindra di GBK belakangan memicu protes elit PPP lainnya. Kritik terhadap sikap Suryadharma menguat menyusul hasil hitung cepan PPP yang buruk.

Waketum PPP Emron Pangkapi dan Waketum PPP lainnya, Suharso Monoarfa memunculkan wacana penggulingan terhadap Suryadharma Ali.

"Anda-andai, apa yang dilakukan Ketua Umum dengan datang ke GBK tidak dilakukan, suara PPP akan lebih bagus," kata Suharso kepada detikcom, Rabu (9/4/2014).

Suharso yakin hal yang diungkapkan Emron mewakili suara kader-kader PPP di daerah. Sebab, Emron adalah Waketum PPP bidang internal yang banyak berinteraksi dengan Dewan Pimpinan Cabang PPP di daerah.

"Dengan dia datang ke acara Gerindra, seakan-akan PPP tersubordinasi oleh Partai Gerindra, sehingga pejuang-pejuang di bawah itu kehilangan arah, kok ketua umumnya begini," ujarnya.

Suharso juga menyoroti pernyataan Suryadharma yang menyatakan tak perlu izin elite PPP untuk hadir ke kampanye Gerindra. "Saya pikir konteksnya beda, karena kita sedang berkampanye, gerindra sedang berkampanye, tidak pada tempatnya dia mengatakan hidup Prabowo," ujarnya.

Oleh karenanya, Suharso mendukung manuver Suryadharma merapat ke Gerindra dibahas di rapat pleno. Apakah mungkin Suryadharma digulingkan?

"Itu bisa saja, melalui Munaslub," pungkasnya.

3. Berujung Ancaman Munaslub 2 Parpol

Penghitungan hitung cepat (quick count) oleh lembaga survei bukanlah pengumuman akhir dan resmi. Namun hasil sementara dari hitung cepat ini justru membuat soliditas Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terancam pecah.

Perolehan suara sementara Partai Golkar sekitar 14,30 persen, mendorong partai pohon beringin itu harus mengevaluasi kembali pencapresan Aburizal Bakrie (Ical). Pasalnya, dalam survei terakhir elektabilitas ketua umum Partai Golkar itu berada di bawah elektabilitas Golkar yakni sekitar 11 persen.

Wacana munaslub yang sempat mencuat pra pileg dapat kembali menguat karena Golkar harus segera memutuskan sikap politik untuk berkoalisi dengan parpol lain. Penentuan pasangan koalisi Golkar akan mempengaruhi posisi Ical yang sudah ditetapkan sebagai capres, bukan cawapres.

Selain Golkar, PPP mengalami problem yang sama. Sikap Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang menghadiri kampanye akbar Gerindra di GBK belakangan memicu protes elit PPP lainnya. Kritik terhadap sikap Suryadharma menguat menyusul hasil hitung cepan PPP yang buruk.

Waketum PPP Emron Pangkapi dan Waketum PPP lainnya, Suharso Monoarfa memunculkan wacana penggulingan terhadap Suryadharma Ali.

"Anda-andai, apa yang dilakukan Ketua Umum dengan datang ke GBK tidak dilakukan, suara PPP akan lebih bagus," kata Suharso kepada detikcom, Rabu (9/4/2014).

Suharso yakin hal yang diungkapkan Emron mewakili suara kader-kader PPP di daerah. Sebab, Emron adalah Waketum PPP bidang internal yang banyak berinteraksi dengan Dewan Pimpinan Cabang PPP di daerah.

"Dengan dia datang ke acara Gerindra, seakan-akan PPP tersubordinasi oleh Partai Gerindra, sehingga pejuang-pejuang di bawah itu kehilangan arah, kok ketua umumnya begini," ujarnya.

Suharso juga menyoroti pernyataan Suryadharma yang menyatakan tak perlu izin elite PPP untuk hadir ke kampanye Gerindra. "Saya pikir konteksnya beda, karena kita sedang berkampanye, gerindra sedang berkampanye, tidak pada tempatnya dia mengatakan hidup Prabowo," ujarnya.

Oleh karenanya, Suharso mendukung manuver Suryadharma merapat ke Gerindra dibahas di rapat pleno. Apakah mungkin Suryadharma digulingkan?

"Itu bisa saja, melalui Munaslub," pungkasnya.
Halaman 2 dari 8
(rmd/ahy)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads