Rabu (9/4/2014), siang sekitar 30 Orang Rimba di jalan lintas, Jambi menggunakan hak suaranya. Mereka mencoblos di TPS Desa Palu Menang, Kec Pamenang Kab Merangin, Jambi.
Disaat akan mencoblos, mereka meminta izin ke penyelenggara agar mereka bisa didampingi oelh kerabat atau anak-anak Rimba yang sudah bisa tulis baca. Kondisi itu tentunya tidak lazim, karena bilik suara merupakan kerahasiaan.
"Kalau tak didampingi, mereka tak tahu siapa yang harus dipilih. Akhirnya panitia menghubungi KPU setempat dan koordinasi langsung ke KPU Pusat karena akan ada pendampingan. Akhirnya dikasih izin," kata guru non formal untuk anak Rimba, Huzer Apriansyah, dari LSM Warsi saat berbincang dengan detikcom di lokasi.
Menurut Huzer, perlunya pendampingan itu karena Orang Rimba juga ingin menggunakan hak pilihnya dan mendukung caleg pilihan mereka. Sebab, para caleg juga melakukan sosialisasi ke masyarakat Rimba.
"Satu sisi dalam Pileg hanya tertera nama bukan foto. Jadi, Orang Rimba tak tahu yang mana nama caleg yang menjadi pilihan mereka. Makanya mereka minta didampingi," kata Huzer.
Huzer mencontohkan, bahwa caleg untuk Kabupaten Merangin, mereka sudah punya pilihan. Pilihannya yakni seorang toke babi yang selalu menampung hasil buruan Orang Rimba.
"Secara politik yang sederhana, mereka tahu apa itu Pemilu. Tapi kalau ditanya apa itu DPRD Kabupaten, Provinsi dan DPR RI, mereka bingung," kata Huzer.
(cha/slm)