Jauh hari, hal ini sudah diprediksi Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani. Hal itu dilatari oleh tingginya elektabilitas Jokowi tak membuat suara PDIP terdongkrak secara signifikan di berbagai survei terakhir.
"Tidak ada sesuatu yang baru, tidak mengagetkan. Bahkan menurut saya apa yang digembar-gemborkan Jokowi effect juga tidak ngefek," kata Muzani kepada detikcom, Jumat (4/4/2014).
Benar saja kata-kata Muzani, ternyata hasil exit poll dan dinamika quick count pada Rabu 9 April 2014 menunjukkan perolehan suara PDIP ada di kisaran 18-19%. Efek pencapresan Jokowi ternyata tidak terlalu mendongkrak suara PDIP.
Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai pencapresan Jokowi tetap mendongkrak suara PDIP meskipun tidak signifikan.
"Sebenarnya ada kenaikan biar bagaimanapun setelah deklarasi. Karena deklarasi jauh-jauh hari harusnya dilakukan untuk mengeksploitasi nama Jokowi. Tapi yang kita lihat setelah 14 Maret iklan masih diwarnai sosok Puan dan bukan sosok yang dijadikan elektoral," analisis Yunarto.
Berkaca dari hasil quick count sementara yang dilakukan Cyrus Network dan CSIS, dengan raihan PDIP sekitar 18% suara belum memungkinkan PDIP mengusung capres sendiri. PDIP memerlukan koalisi dengan partai tengah.
Berikut hasil quick count sementara Cyrus Network-CSIS sesuai nomor urut partai:
1. NasDem: 6,5%
2. PKB: 9,8%
3. PKS: 6,6%
4. PDIP: 18,7%
5. Golkar: 14,6%
6. Gerindra: 11,9%
7. PD: 9,1%
8. PAN: 7,8%
9. PPP: 6,8%
10. Hanura: 5,5%
14. PBB: 1,6%
15. PKPI: 1,1%
Data Masuk: 57,6%
(van/nrl)