Mengacu pada data tingkat partisipasi pemilih sejak Pemilu 1971, angka Golput terus merangkak naik hingga pesta demokrasi 2009 lalu. Pada Pemilu 1971, partisipasi pemilih mencapai 96,62 persen. Pada Pemilu 1977 turun tipis menjadi 96,52 persen.
Pada Pemilu 1982, menurun ke angka 96,47 persen. Penurunan berlanjut pada Pemilu 1987 yakni menjadi 96,43 persen. Di Pemilu 1992 merosot menjadi 95,06 persen. Penurunan agak tajam terjadi pada Pemilu 1997 yakni menjadi 93,55 persen.
Pada Pemilu 1999, turun lagi ke angka 92,74 persen. Kemudian pada Pemilu 2004, jumlah partisipasi pemilih menurun tajam menjadi 84,07 persen. Nah, pada Pemilu 2009 lalu, terjun bebas ke angka 70,99 persen. Jadi faktanya, Golput semakin berjaya dari masa ke masa. Lantas bagaimana dengan angka Golput pada Pemilu 2014 ini?
Angin segar melorotnya jumlah Golput dirasakan oleh kalangan pemerhati politik pada Pemilu legislatif yang berlangsung hari ini, Rabu (9/4/2014). Diprediksi, jumlah warga negara yang memilih untuk tidak memilih dalam Pemilu kali ini menurun.
Animo masyarakat mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) terlihat cukup tinggi. Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sudjito mengamati di TPS tempatnya mencoblos dan di sejumlah TPS lain di Kota Yogyakarta.
Dari pengamatannya, TPS-TPS dipenuhi oleh warga yang ingin menggunakan hak pilihnya. "Jalan-jalan di Yogya sepi, banyak warganya yang ke TPS," kata Arie mengungkapkan saat berbincang dengan detikcom.
Arie menyoroti masyarakat memang banyak yang tidak mengenal para calon legislatornya. Namun masyarakat lebih memilih partai sehingga tingkat kehadiran warga ke TPS tetap banyak.
"Dengan kondisi yang seperti itu artinya banyak sekali suara mengambang," ujar Arie yang kemudian mengingatkan bahwa hal tersebut akibat para caleg kurang bisa menyentuh masyarakat selama musim kampanye.
Gairah publik untuk mencoblos dalam Pileg tak bisa dilepaskan dari faktor Pilpres yang akan menyusul digelar pada 9 Juli mendatang. Ajang pemilihan orang nomor satu di republik ini membawa dampak positif pada Pileg.
Arie mencermati pendeklarasian capres turut mempengaruhi orang untuk ikut Pileg. "Mampu menekan angka Golput. Golput agak turun. Pilpres atau capres membawa harapan pada publik," tuturnya.
Dia bahkan melihat tingkat partisipasi publik untuk datang ke bilik suara Pileg cukup signifikan di kota-kota besar seperti Yogya. "Apalagi pada saat Pilpres nanti," ucap Arie dengan optimistis. "Penurunan angka Golput mungkin sekitar lima persen," lanjut dia memprediksi.
Namun Arie mengingatkan untuk meruntuhkan kejayaan Golput salah satunya harus ditunjang dengan kesiapan logistik Pemilu, terutama di luar Pulau Jawa. Sebab selama ini masalah pendistribusian logistik Pemilu menjadi masalah yang cukup serius.
(brn/rmd)