Sisi Lain Coblosan, Cerita Orang Rimba Jalan Kaki 4 Jam Salurkan Hak Suara

Sisi Lain Coblosan, Cerita Orang Rimba Jalan Kaki 4 Jam Salurkan Hak Suara

- detikNews
Rabu, 09 Apr 2014 09:38 WIB
Dok Detikcom
Pekanbaru - Tak ada TPS khusus bagi Orang Rimba di Jambi. Demi menyalurkan aspirasi, mereka harus berjalan kaki selama minimal 4 jam.

Orang Rimba merupakan penduduk di kawasan hutan belantara. Mereka ada di kawasan Taman Nasional Bukit 12, Taman Nasional Bukit 30. Dan sebagian besar lagi berada di jalur lintas Jambi- Sumsel, Jambi- Sumatera Barat.

Untuk di kawasan TN Bukit 12 ada 1.700 jiwa, di jalur lintas (1.800 jiwa), dan di TN Bukit 30 yang juga masuk wilayah Riau (500 jiwa).

"Biasanya mereka terdaftar sebagai pemilih. Hanya saja sepanjang kita melakukan pendampingan, baru sekali Pilpres kemarin ada TPS khusus untuk Orang Rimba. Selebihnya mereka diminta nyoblos ke TPS desa terdekat," kata juru bicara LSM Lingkungan Warsi, Reni Sukma, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (9/4/2014).

Reni menjelaskan, biasanya Orang Rimba akan keluar dari dalam kawasan hutan sehari sebelum hari H. Ini karena perjalanan naik dan turun gunung, memaksa mereka harus berangkat sehari sebelumnya.

"Agar waktunya terkejar," kata Reni.

Ketika keluar hutan, Orang Rimba mengenakan pakaian tradisionalnya. Hanya bermodalkan kain yang melekat di bagian bawah dengan tetap bertelanjang dada.

"Nanti kalau sudah sampai di perbatasan desa, barulah mereka menggunakan baju sebagaimana masyarakat umumnya. Makanya mereka keluar hutan membawa perbekalan pakaian," kata Reni.

Sebegitu pentingkah Orang Rimba ikut nyoblos? Kata Reni, dasarnya Pemilu tidak begitu penting buat Orang Rimba. Karena kebijakan dari pemerintahan sejak dulu tidak berpihak pada masyarakat yang hidup bergantungkan kemurahan hutan.

"Hampir semua keputusan politik tidak berpihak pada mereka," kata Reni.

Biasanya, untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, pemerintah menyerahkan kawasan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit atau hutan tanaman industri. Namun hal ini justru menyengsarakan Orang Rimba.

"Inilah yang kami sebut selalu tidak sejalan antara kepentingan Orang Rimba dengan kebijakan pemerintah. Orang Rimba selalu disamakan dengan masyarakat umumnya. Padahal pola hidup kita jauh berbeda dengan Orang Rimba," papar Reni.

Orang Rimba akan menggunakan hak suaranya bila diminta oleh pemangku adat melalui sosialisasi dan sanak keluarga menjadi caleg. "Kalau tidak, ya mereka enggan keluar dari kawasan hutan," tutup Reni.

(cha/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads