Resah Dituding Terima Suap, Warga Pasang Spanduk 'Menerima Serangan Fajar'

Resah Dituding Terima Suap, Warga Pasang Spanduk 'Menerima Serangan Fajar'

- detikNews
Senin, 07 Apr 2014 15:03 WIB
Foto: Angling Adhitya P/detikcom
Semarang - Warga kampung Tanjungsari, Pedurungan, Semarang merasa resah karena sebagian warganya dikabarkan menerima suap menjelang pemilu atau 'serangan fajar'. Untuk menyindir hal itu, warga membuat tiga spanduk bertuliskan 'Di sini menerima serangan fajar'.

Di bawah tulisan besar itu ada tulisan kecil yang menyebutkan jenis-jenis 'serangan fajar' yaitu uang, beras, gula, baju bekas, rumah, kambing, ayam, ikan. Dibubuhkan juga nomor telepon koordinator lapangan bernama Bang Tipu-tipu.

Di sisi kanan spanduk ada karikatur bergambar orang yang disodori uang oleh tangan besar bertuliskan 'Caleg'. Di bagian atas dan bawah karikatur terdapat tulisan 'Jangan pernah mimpi Indonesia bebas korupsi, jika kita sebagai rakyat hak suara masih bisa dibeli'.

Salah satu warga yang ikut memasang spanduk itu, Amat Umar Andi Suslio mengatakan, di wilayahnya yaitu RT 03 RW 14, Kelurahan Pedurungan Tengah, Kecamatan Pedurungan terdengar kabar ada beberapa warga menerima Rp 50 ribu untuk menentukan hak pilihnya saat pileg dua hari lagi.

"Dengar slentingan ada beberapa warga yang menerima serangan fajar Rp 50 ribuan hingga terjadi pergesekan antar warga. Ini (spanduk) bentuk keprihatinan," kata Andi kepada detikcom di kampung Tanjungsari, Semarang, Senin (7/4/2014).

Serangan fajar yang ada di kampung Tanjungsari, lanjut Andi, justru dikoordinasi oleh warga yang sudah dianggap sebagai tokoh kampung, sehingga perilaku tersebut membuat warga kecewa.

"Saya mendengar ada salah satu tokoh yang memobilisasi warganya untuk menerima serangan fajar. Padahal tokoh itu sudah dianggap sebagai bapak kampung," tegasnya.

Kemudian jika nantinya ada caleg yang memberikan serangan fajar kepada warga di Tanjungsari, Andi menyarankan agar diterima saja, namun kemudian dilaporkan ke pihak yang berwajib. "Tetap kita terima, tapi tetap dilaporkan," ujarnya.

Ketika warga memasang spanduk, di pos jaga tidak jauh dari lokasi ditemukan setumpuk kertas ukuran A5 lebih dari 50 lembar dengan dominan warna ungu. Di dalamnya tergambar grafik dan tabel dengan tulisan Indeks Partai Korupsi Periode 2002 - 2014. Di bawah tabel tertulis 'Waspadai Indeks di Atas 1,5'.

"Lha ini, mungkin untuk menyindir partai yang terindikasi korupsi ya," kata Andi sambil melihat kertas itu.

Ketua Bawaslu Jateng, Abhan Misbah mengatakan, warga diharapkan bisa menolak money politic agar terjaga demokrasi yang sehat. Pihaknya berharap masyarakat bisa ikut mengawasi jika ada praktik money politic disekitarnya dan bisa melaporkannya ke pengawas.

"Masyarakat diharap bisa menolak money politic. Karena bagi perkembangan demokrasi, itu tidak sehat dan menjadi salah satu embrio KKN," kata Abhan.

Ia menambahkan, pihaknya menerima laporan adanya indikasi 'serangan fajar' di sejumlah daerah antara lain Sukoharjo, Gringsing, dan Plelen. Saat ini Bawaslu melakukan klarifikasi terkait laporan itu.

"Ada info di Gringsing dan Plelen, itu daerah Batang. Juga Sukoharjo. Info masyarakat masih ditelusuri Panwas Batang. Ya ini dari caleg," katanya.

Sementara itu terkait selebaran yang ditemukan warga, lanjut Abhan, perlu adanya kroscek terkait data yang tercantum. Dalam kertas tersebut tertulis data berdasar dari kumpulan berita korupsi di website ICW.

"Perlu dikroscek datanya, perlu dikaji lebih lanjut dulu. Benar dari sana (website ICW)," pungkas Abhan.

Akhir Maret lalu, spanduk serupa juga muncul di Pacitan Jawa Timur. Pelakunya ditangkap dan berdalih sengaja memasang spanduk tersebut untuk menjebak pelaku suap.

(alg/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads