Sambil menghisap gulungan tembakau dan menyeruput segelas kopi susu, Syaiful berharap akan adanya perubahan negeri ini setelah Pemilu berlangsung. Agaknya dia sudah bosan bekerja sebagai buruh kasar selama 24 tahun di negeri jiran.
"Tapi kalau Pemilu nggak ada yang milih, nanti siapa yang mimpin negara? Kalau yang mimpin orangnya itu-itu juga sih paling ya sama aja nasib kita. Mending yang dipilih orangnya baru, yang bisa menjanjikan membuka lapangan kerja baru," kata Syaiful di atas ombak Laut Jawa menjelang mentari terbenam di hari Jumat (4/4/2014).
Syaiful pun dari lubuk hati terdalam sangat ingin memilih saat Pemilu berlangsung. Sejak tahun 1990 dia tak pernah lagi mengikuti semarak prosedur demokrasi bertajuk Pemilu itu.
"Karena kalau harus pulang dulu buat milih kan biayanya mahal, sementara kalau di sana para TKI seperti kita ya dibiarkan begitu saja. Kalau mau milih ya boleh, nggak milih juga nggak dicari-cari," imbuh Syaiful.
Mengganjal di hati Syaiful karena dirinya tak pernah memilih selama 24 tahun. Ingin menyampaikan aspirasi pun dia tak tahu siapa yang menjadi representasi kaumnya.
Tapi jika memiliki kesempatan memilih, Syaiful telah punya preverensi matang. Preverensi yang didasarkan dari pengamatan dia soal perbedaan di Indonesia dan Malaysia.
"Indonesia itu cocoknya dipimpin sama orang yang tegas. Karena Indonesia itu negara besar, tidak kayak Malaysia. Kalau di Malaysia sih nggak masalah dipimpin sama siapa pun, kan masyarakatnya juga relatif tidak beda-beda seperti kita. Di sana masyarakatnya mudah diatur," ujar Syaiful.
"Kalau pemimpin kita tegas, pasti bisa mengatur masyarakat Indonesia yang semaunya sendiri. Pasti berani juga membatasi tenaga kerja dari luar supaya orang pribumi bisa kerja di negeri sendiri," imbuh dia.
"Pokoknya selama punya hak pilih, lebih baik dipakai saja. Mana tahu ada perubahan setelah ini," pungkas Syaiful di atas dek 6 KM Kelud.
Gelombang ombak biru nan luas itu menjadi saksi seorang Syaiful menaruh harap. Sebuah harapan yang dipanjatkan setelah lelah bekerja di negeri orang dan rindu untuk membangun negeri sendiri. Semoga harapan Syaiful tak hanyut terbawa ombak yang luas.
(bpn/van)