Pileg di Luar Negeri, Dari Cuaca Dingin Hingga Jadi Ajang Pertemanan

Pileg di Luar Negeri, Dari Cuaca Dingin Hingga Jadi Ajang Pertemanan

- detikNews
Senin, 07 Apr 2014 11:31 WIB
Pileg di Luar Negeri, Dari Cuaca Dingin Hingga Jadi Ajang Pertemanan
Jakarta - Pemungutan suara untuk WNI di luar negeri telah dilakukan di sejumlah negara. Beragam hal mewarnai pemungutan suara di sana, seperti cuaca dingin di Tokyo, Jepang, hingga sepi pemilih di negeri tetangga, Malaysia.

Catatan detikcom, Senin (7/4/2014), sebagian WNI seperti di AS, Jepang, Malaysia, hingga Norwegia telah melakukan pemungutan suara. Proses pencoblosan pun bisa dilakukan melalui pos atau datang ke KBRI setempat.

Ada lima hal yang mewarnai pencoblosan Pileg 2014 di luar negeri. Dari WNI yang tak peduli udara dingin sampai bertemunya sesama WNI di KBRI.

Berikut catatan yang menunjukkan serba-serbi pemilihan legislatif di AS, Jepang, Norwegia, Malaysia, dan Belanda:

1. Pemilih Meningkat di Belanda

Terlihat ada animo tinggi di kalangan pemilih di Belanda pada Sabtu (5/4) lalu, dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Jumlah pemilih di negeri kincir angin itu meningkat 167 persen.

"Tanda-tandanya sudah terlihat pada saat pembukaan di mana sepagi itu antrean sudah memanjang," terang Ketua PPLN Moel, yang sudah empat kali pemilu menjadi Ketua PPLN Den Haag, Moeljo Wijono, Minggu (5/4).

Menurut Moel, pemilih yang mendaftarkan diri secara aktif dan menyatakan akan datang ke TPSLN Den Haag adalah 569 orang. Tetapi yang datang langsung ke TPSLN Den Haag ternyata hampir dua kali lipat, yakni 1092 pemilih.

"Mereka mendaftar di tempat dengan menunjukkan paspor. Jumlah 1092 ini berarti 167% dari Pemilu 2009 yang hanya 654 pemilih," papar Moel

1. Pemilih Meningkat di Belanda

Terlihat ada animo tinggi di kalangan pemilih di Belanda pada Sabtu (5/4) lalu, dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Jumlah pemilih di negeri kincir angin itu meningkat 167 persen.

"Tanda-tandanya sudah terlihat pada saat pembukaan di mana sepagi itu antrean sudah memanjang," terang Ketua PPLN Moel, yang sudah empat kali pemilu menjadi Ketua PPLN Den Haag, Moeljo Wijono, Minggu (5/4).

Menurut Moel, pemilih yang mendaftarkan diri secara aktif dan menyatakan akan datang ke TPSLN Den Haag adalah 569 orang. Tetapi yang datang langsung ke TPSLN Den Haag ternyata hampir dua kali lipat, yakni 1092 pemilih.

"Mereka mendaftar di tempat dengan menunjukkan paspor. Jumlah 1092 ini berarti 167% dari Pemilu 2009 yang hanya 654 pemilih," papar Moel

2. Sepinya Pileg di Malaysia

Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Malaysia telah menggelar pencoblosan pemilihan legislatif pada Minggu (6/4) kemarin. Namun antusiasme WNI yang mencoblos di negeri jiran itu masih sangat rendah.

Menurut pemantauan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia, penyelenggaraan pemilihan legislatif di Malaysia sepi pemilih. Ratusan ribu DPT yang terdaftar, hanya ratusan WNI yang menggunakan hak pilihnya.

Total WNI di Malaysia yang terdaftar sebagai pemilih mencapai 402.730 orang. PPI Malaysia menyebar mahasiswa sebagai pemantau di 76 lokasi TPS. Menurut pematauan, tutur Ketua PPI Malaysia Gushairi, menemukan fenomena yang sama, yakni sepinya pemilih.

"Sangat disayangkan, dari ratusan ribu DPT diketahui hingga pukul 12.00 siang (kemarin) jumlah pemilih yang hadir masih minim," ujar Gushairi, Senin (7/4).

Ada beberapa catatan penting yang dirangkum tim pemantau PPI yang sebelumnya telah bekerja di beberapa titik pemantauan di luar Kuala Lumpur sejak 30 Maret 2014. Salah satunya menurut Gushairi, metode Pos dan Drop Box yang ditemui banyak kelemahan dalam segi supervisi dan pengamanan surat suara yang dikirimkan ke pabrik dan perkebunan yang mempekerjakan TKI.

"Kondisi hari ini (kemarin) menunjukkan semakin mengkonfirmasi lemahnya persiapan Panitia Pemilihan Umum KBRI Kuala Lumpur, bahkan untuk TPS di kantor KBRI Kuala Lumpur jumlah total pemilih hanya mencapai 1.075 orang, jauh dari hampir 72.000 kertas suara. Seolah membantah asumsi bahwa bila dilaksanakan 9 April kelak pemilih akan sulit hadir mencoblos di saat hari kerja," cetusnya.

Sementara di wilayah Gombak dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK), kondisi yang dipantau tidak jauh beda keadaannya. Bahkan dari 20.000 surat suara yang disiapkan di kawasan Shah Alam hanya terpakai oleh 300 pemilih yang datang. Begitu juga dengan di Pucong, total yang memilih lebih kurang 162 dari 12.000 pemilih di DPT.

2. Sepinya Pileg di Malaysia

Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Malaysia telah menggelar pencoblosan pemilihan legislatif pada Minggu (6/4) kemarin. Namun antusiasme WNI yang mencoblos di negeri jiran itu masih sangat rendah.

Menurut pemantauan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Malaysia, penyelenggaraan pemilihan legislatif di Malaysia sepi pemilih. Ratusan ribu DPT yang terdaftar, hanya ratusan WNI yang menggunakan hak pilihnya.

Total WNI di Malaysia yang terdaftar sebagai pemilih mencapai 402.730 orang. PPI Malaysia menyebar mahasiswa sebagai pemantau di 76 lokasi TPS. Menurut pematauan, tutur Ketua PPI Malaysia Gushairi, menemukan fenomena yang sama, yakni sepinya pemilih.

"Sangat disayangkan, dari ratusan ribu DPT diketahui hingga pukul 12.00 siang (kemarin) jumlah pemilih yang hadir masih minim," ujar Gushairi, Senin (7/4).

Ada beberapa catatan penting yang dirangkum tim pemantau PPI yang sebelumnya telah bekerja di beberapa titik pemantauan di luar Kuala Lumpur sejak 30 Maret 2014. Salah satunya menurut Gushairi, metode Pos dan Drop Box yang ditemui banyak kelemahan dalam segi supervisi dan pengamanan surat suara yang dikirimkan ke pabrik dan perkebunan yang mempekerjakan TKI.

"Kondisi hari ini (kemarin) menunjukkan semakin mengkonfirmasi lemahnya persiapan Panitia Pemilihan Umum KBRI Kuala Lumpur, bahkan untuk TPS di kantor KBRI Kuala Lumpur jumlah total pemilih hanya mencapai 1.075 orang, jauh dari hampir 72.000 kertas suara. Seolah membantah asumsi bahwa bila dilaksanakan 9 April kelak pemilih akan sulit hadir mencoblos di saat hari kerja," cetusnya.

Sementara di wilayah Gombak dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK), kondisi yang dipantau tidak jauh beda keadaannya. Bahkan dari 20.000 surat suara yang disiapkan di kawasan Shah Alam hanya terpakai oleh 300 pemilih yang datang. Begitu juga dengan di Pucong, total yang memilih lebih kurang 162 dari 12.000 pemilih di DPT.

3. WNI di AS Pilih Nyoblos via Pos

Pada Sabtu (5/4) lalu, WNI di Amerika Serikat telah memberikan hak suaranya. Namun lokasi TPS di Chicago bertempat di Indonesia Cultural Center tampak sepi. Rupanya sebagian besar WNI mencoblos via pos.

Total jumlah pemilih yang terdaftar di Chicago meliputi 14 negara bagian negara bagian di wilayah Midwest AS sebanyak 789 orang. Pemilih tersebar di Illinois, Indiana, Iowa, Kansas, Kentucky, Michigan, Minnesota, Missouri, Nebraska, North Dakota, Ohio, South Dakota, dan Wisconsin.

Dikutip dari rilis KJRI di Chicago, dari 789 pemilih 697 orang melakukan pemungutan suara melalui pos dan 92 orang melakukan pemungutan suara langsung di TPSLN Chicago.

3. WNI di AS Pilih Nyoblos via Pos

Pada Sabtu (5/4) lalu, WNI di Amerika Serikat telah memberikan hak suaranya. Namun lokasi TPS di Chicago bertempat di Indonesia Cultural Center tampak sepi. Rupanya sebagian besar WNI mencoblos via pos.

Total jumlah pemilih yang terdaftar di Chicago meliputi 14 negara bagian negara bagian di wilayah Midwest AS sebanyak 789 orang. Pemilih tersebar di Illinois, Indiana, Iowa, Kansas, Kentucky, Michigan, Minnesota, Missouri, Nebraska, North Dakota, Ohio, South Dakota, dan Wisconsin.

Dikutip dari rilis KJRI di Chicago, dari 789 pemilih 697 orang melakukan pemungutan suara melalui pos dan 92 orang melakukan pemungutan suara langsung di TPSLN Chicago.

4. Cuaca Dingin di Tokyo

Cuaca yang dingin di negeri sakura, Jepang, tak mampu menghalangi ribuan WNI untuk menggunakan hak pilihnya. Mereka yang datang ke TPS di Ruang Serba Guna Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) tampak menggunakan pakaian yang sangat tebal.

WNI di Jepang melakukan pencoblosan pada Minggu (6/4) kemarin. Suhu udara tiba-tiba turun saat hari pemungutan suara.

Menurut data Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Tokyo, saat ini terdapat 10.656 warga yang tersebar di 30 Ken (wilayah) di Jepang yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Khusus (DPK). Namun hanya sebagian kecil saja dari mereka yang terdaftar pada TPS di atas.

"Selebihnya, para pemilih memilih dengan cara mengirimkan surat suara melalui pos," jelas pihak Penerangan KBRI Tokyo.

Pihak PPLN menyediakan 10 bilik suara di lokasi pemungutan suara. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi jumlah pemilih yang akan mengalami peningkatan di siang harinya.

Ribuan warga secara bergelombang berduyun-duyun mendatangi TPS. Mereka yang datang ke TPS bukan hanya para pemilih dari 24 Kecamatan yang ada di Tokyo, melainkan juga mereka yang bermukim di kota-kota yang berdekatan, seperti Chiba, Saitama, Yokohama, dan Kawasaki.

4. Cuaca Dingin di Tokyo

Cuaca yang dingin di negeri sakura, Jepang, tak mampu menghalangi ribuan WNI untuk menggunakan hak pilihnya. Mereka yang datang ke TPS di Ruang Serba Guna Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) tampak menggunakan pakaian yang sangat tebal.

WNI di Jepang melakukan pencoblosan pada Minggu (6/4) kemarin. Suhu udara tiba-tiba turun saat hari pemungutan suara.

Menurut data Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Tokyo, saat ini terdapat 10.656 warga yang tersebar di 30 Ken (wilayah) di Jepang yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar Pemilih Khusus (DPK). Namun hanya sebagian kecil saja dari mereka yang terdaftar pada TPS di atas.

"Selebihnya, para pemilih memilih dengan cara mengirimkan surat suara melalui pos," jelas pihak Penerangan KBRI Tokyo.

Pihak PPLN menyediakan 10 bilik suara di lokasi pemungutan suara. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi jumlah pemilih yang akan mengalami peningkatan di siang harinya.

Ribuan warga secara bergelombang berduyun-duyun mendatangi TPS. Mereka yang datang ke TPS bukan hanya para pemilih dari 24 Kecamatan yang ada di Tokyo, melainkan juga mereka yang bermukim di kota-kota yang berdekatan, seperti Chiba, Saitama, Yokohama, dan Kawasaki.

5. Bertemu Sesama WNI di Oslo

Pelaksanaan Pileg 2014 di Oslo, Norwegia, diwarnai dengan bertemunya sesama WNI dan menjadi ajang pertemanan. Padahal cuaca di sana cukup dingin dan terjadi hujan deras.

Namun antusias WNI di Norwegia tak terbendung untuk mendatangi Ruang Serbaguna Gedung KBRI Oslo, guna proses pemungutan suara, Sabtu pekan lalu.

"Aku sengaja datang dari luar kota Oslo untuk memilih wakil rakyat, tetapi di sini aku bisa bertemu dengan rakyat, warga di perantauan untuk saling mengenal. Aku tidak pernah bertemu sama orang Tapanuli, di sini aku bisa bertemu dengan saudara sesama dari Tapanuli," kata salah satu WNI di TPS Oslo yang tidak mau disebut namanya, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Senin (7/4).

Dari daftar pemilih tetap (DPT) untuk wilayah Norwegia dan Islandia total berjumlah 733 orang, namun hanya 184 yang menyatakan memilih di TPS, dan sisanya menggunakan pemilihan melalui pos.

Selain itu, menurut Panitia Pemilihan Umum Luar Negeri (PPLN) Oslo, Fathurrahman Yahya, panitia memang sebelumnya tidak mengharuskan pemilih yang tinggal di kota Oslo untuk mencoblos di TPS. Namun memberikan kesempatan kepada para WNI untuk memmilih berdasarkan keluangan waktu yang dimilikinya.

"Yang penting mereka mencoblos dan tidak golput. WNI di Norwegia dan Islandia, selain Ibu Rumah Tangga dan mahasiswa mereka pada umumnya adalah para pekerja profesional, ekspatriat yang bekerja di perusahan-perusahaan multinasional bidang perminyakan dan tersebar di 18 wilayah, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk datang ke TPS. " ujar Fathurrahman.

Sementara itu, Ketua Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Dyah Kusumawardani menuturkan, bahwa pemilih yang terdaftar di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Oslo berjumlah 184 orang. Namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya hanya sekitar 65 persenya.

"Yang menggunakan hak pilihnya hanya 103 orang," imbuhnya.

5. Bertemu Sesama WNI di Oslo

Pelaksanaan Pileg 2014 di Oslo, Norwegia, diwarnai dengan bertemunya sesama WNI dan menjadi ajang pertemanan. Padahal cuaca di sana cukup dingin dan terjadi hujan deras.

Namun antusias WNI di Norwegia tak terbendung untuk mendatangi Ruang Serbaguna Gedung KBRI Oslo, guna proses pemungutan suara, Sabtu pekan lalu.

"Aku sengaja datang dari luar kota Oslo untuk memilih wakil rakyat, tetapi di sini aku bisa bertemu dengan rakyat, warga di perantauan untuk saling mengenal. Aku tidak pernah bertemu sama orang Tapanuli, di sini aku bisa bertemu dengan saudara sesama dari Tapanuli," kata salah satu WNI di TPS Oslo yang tidak mau disebut namanya, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Senin (7/4).

Dari daftar pemilih tetap (DPT) untuk wilayah Norwegia dan Islandia total berjumlah 733 orang, namun hanya 184 yang menyatakan memilih di TPS, dan sisanya menggunakan pemilihan melalui pos.

Selain itu, menurut Panitia Pemilihan Umum Luar Negeri (PPLN) Oslo, Fathurrahman Yahya, panitia memang sebelumnya tidak mengharuskan pemilih yang tinggal di kota Oslo untuk mencoblos di TPS. Namun memberikan kesempatan kepada para WNI untuk memmilih berdasarkan keluangan waktu yang dimilikinya.

"Yang penting mereka mencoblos dan tidak golput. WNI di Norwegia dan Islandia, selain Ibu Rumah Tangga dan mahasiswa mereka pada umumnya adalah para pekerja profesional, ekspatriat yang bekerja di perusahan-perusahaan multinasional bidang perminyakan dan tersebar di 18 wilayah, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk datang ke TPS. " ujar Fathurrahman.

Sementara itu, Ketua Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Dyah Kusumawardani menuturkan, bahwa pemilih yang terdaftar di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Oslo berjumlah 184 orang. Namun pemilih yang menggunakan hak pilihnya hanya sekitar 65 persenya.

"Yang menggunakan hak pilihnya hanya 103 orang," imbuhnya.
Halaman 2 dari 12
(vid/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads