Ical sendiri membenarkan adanya elite Golkar yang mencoba memantik isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) pasca Pileg. "Saya kira tidak ada yang melakukan hal itu. Memang sempat ada ditiup-tiupkan, tapi tidak ada," kata Ical sembari tersenyum, saat berbincang dengan wartawan di sela-sela kampanye Golkar di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rabu (2/4/2014).
Tak hanya itu, bahkan ada seorang elite Golkar yang sudah pamitan untuk mengambil posisi Ketum Golkar di Musyawarah Nasional (Munas) mendatang. Sayang, Ical tak mau menyebut siapa tokoh Golkar itu.
"Ada beberapa yang sudah mengatakan kepada saya untuk menjadi calon ketum ke depan. Ini semua bersepakat untuk 2015. Sekarang konsentrasi Golkar tetap pada pileg dan pilpres," papar Ical.
Isu Munaslub pasca Pileg menguat lantaran elektabilitas Ical yang stagnan. Posisi Ical sebagai capres kurang menjual dan belum jadi kompetitor sebanding dengan dua capres jagoan yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo.
Selain itu, perolehan suara Golkar di berbagai survei juga kurang menggembirakan. Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, masa depan pencapresan Ical sangat bergantung kepada perolehan suara Golkar 9 April nanti.
"Orang bisa meminta pertanggungjawaban Ketua Umum terhadap hasil Pileg. Juga pertanggungjawaban dia sebagai capres yang memaksakan Golkar sebagai partainya Aburizal Bakrie, bukan infrastruktur yang kuat. Jadi itu landasan evaluasi Ical, apalagi kalau suara Golkar tidak optimal bahkan berpotensi disalip Gerindra. Jadi kegagalan di Pileg bom waktu buat pencapresan Ical," ujar Yunarto menganalisis.
(van/nrl)