Pertikaian antar suku di Mimika sudah berjalan dua bulan terhitung sejak 29 Januari 2014. 10 nyawa melayang akibat perang yang bermula dari saling klaim hak tanah ulayat di wilayah tersebut.
Dorty dan puluhan pasukannya bersiaga di dekat parit selebar satu meter yang merupakan jalan pemisah antar dua kampung yang bertikai. Mereka mendirikan tenda di sana agar gerak-gerik kedua warga terlihat.
"Malam hari kami harus siaga, kalau mengantuk sedikit bisa-bisa hujan panah," kata pria asal Flores NTT, saat berbincang dengan detikcom, di Mimika, Rabu (3/4/2014).
Pakaian lengkap seperti body protector, tameng seberat 15 kg, serta senapan harus terus disiagakan. Hal ini untuk menghindari hujan panah dari kedua kubu yang bisa saja mengenai mereka. Belum lagi akhir-akhir polisi yang menghalau pertikaian keduanya jadi sasaran massa.
"Terhitung sudah tiga kali kami diserang, entah kenapa alasannya. Seminggu lalu teman kami tertancap panah di pundaknya," ujar Doroty.
Menurutnya, menangani konflik di Papua memang berbeda dengan penanganan di wilayah Indonesia lainnya. Ada treatment khusus. Bila di tempat lain penanganan bentrok dilakukan melalui tahapan-tahapan yang ada; imbauan, negosiasi, dan represif, maka di Mimika mau tidak mau mereka harus tetap siaga meski baru turun dari truk pembawa pasukan.
"Penanganan konflik di sini unik, kita harus banyak bersabar," katanya.
Kendala komunikasi menjadi salah satu faktor dimana para anggota kerap kebingungan untuk berbicara agar keduanya tidak saling serang. "Kadang kita pakai bahasa tubuh," ujarnya
Pasukan harus bersiap takkala salah satu pihak buang suara, istilah provokasi, dari salah satu kubu. Bisa jadi sekejap terdengar teriakan dari salah satu kampung, maka hujan panah pun mulai berjatuhan. Seperti yang detikcom alami kemarin. Para personel Brimob harus bersiaga ketika terdengar teriakan dari salah satu kampung.
"Kadang juga mereka suka berbohong, ketika kami minta mereka jangan buang suara agar warga sebelah tidak terpancing, mereka bilang mau makan siang. Tiba-tiba saja beberapa warga menyerang," tuturnya.
(ahy/ndr)