Kring-kring! Warga hingga Perdana Menteri pun Seliweran Gowes Sepeda

Laporan dari Den Haag

Kring-kring! Warga hingga Perdana Menteri pun Seliweran Gowes Sepeda

- detikNews
Selasa, 01 Apr 2014 13:11 WIB
(Foto: Andri Haryanto/detikcom)
Den Haag - Tidak ada salahnya apabila hal-hal baik diadopsi untuk kepentingan bersama. Misal saja pola transportasi ramah lingkungan di Den Haag, sepeda. Selain baik untuk kesehatan, langkah ini pula baik untuk mengurangi kadar emisi gas buang yang menjadi momok ibu kota seperti saat ini. Belum lagi kemacetan yang kian menggila.

Di Den Haag, sepeda layaknya sebuah motor yang memadati Jakarta. Mereka yang tua-muda, kecil-dewasa, pria-wanita, asyik mengayuh sepeda mereka masing-masing. Tidak peduli mereka berdasi dan berjas, memakai pakaian branded, kesemuanya menyatu di jalanan dengan sepedanya masing-masing.

"Orang menggunakan sepeda di sini karena ingin mereka sehat sekaligus menghangatkan tubuhnya dari dingin. Di sini bensin mahal karena harga satu liter bensin 67 persennya untuk pajak," kata warga lokal Den Haag keturunan Ambon yang juga Vice President Indonesian Diaspora Network (IDN) SJG Ebed Litaay.

"Di sini PM pun menggunakan sepeda," imbuhnya. Dia menambahkan kalaupun Perdana Menteri Belanda berdinas dengan mobil, maka tidak ada rangkaian panjang pengawalan. Yang ada hanya personel polisi bermotor yang ada di belakang mobil dinas PM.

Pukul 07.00 pagi waktu setempat saya mencoba mengintip kesibukan warga Den Haag. Ternyata suasana jalanan pagi dengan suhu mencapai 4 derajat celcius sudah cukup dipadati para pesepeda.

Adapun kendaraan bermesin yang sibuk di pagi hari tak lebih dari mobil pengangkut sampah dan penyapu jalanan, serta trem dan bus umum. Tidak ada bunyi klason mobil yang kadang memekakkan telinga, yang ada dering bel sepeda yang meminta jalan saat mereka berbelok atau menghalangi laju jalan mereka.

Para pesepeda bisa dibilang sangat dimanjakan. Peran pemerintah dalam mendukung pengunaan sepeda ditunjukan dengan jalur khusus pesepeda. Selain itu, kesadaran pengendara skuter dan mobil untuk tidak menyerobot jalur pesepeda sangat tinggi.

"Di sini mobil yang harus mengalah dengan sepeda, mereka menghormati pesepeda dengan memberi prioritas jalan bila hendak menyeberang," ujarnya.

Hmm, kalau di Jakarta untuk menyeberang bisa memakan waktu berapa lama, ya?

Dukungan lain pemerintah adalah dengan memberikan fasilitas park and ride bagi warganya yang menggunakan sepeda. Seperti di Den Haag Central, sebuah stasiun pusat yang mengubungkan Den Haag dengan beberapa kota di Belanda, park and ride pesepeda dibuat dua lantai.

Belum lagi di taman di dekatnya yang memberikan layanan park and ride hingga rankaian sepeda bertingkat-tingkat. Dan terakhir tentu saja sarana parkir sepeda yang ada di mana-mana guna memudahkan mereka bersepeda merasa aman saat meningalkan sepeda mereka di jalanan.

Warga Indonesia di Den Haag, Tompel Witono, menuturkan aktivitas bersepeda sudah menjadi budaya masyarakat di Belanda. "Di sini kemana-mana pakai sepeda. Orang pakai mobil kalau sudah betul-betul diperlukan, seperti mengangkut barang atau bepergian dengan keluarga," cerita putra dari mantan Pangdam III Siliwangi Mayjen (Purn) AJ Witono ini saat berbincang dengan detikcom.

Bila dilihat dari jenis sepeda, warga Den Haag terlihat nyaman dengan perawakan sepeda kumbang. Mayoritas warga di sini menggunakan sepeda jenis ini. Jangan salah, tidak semuanya adalah pabrikan jadul. "Yang tua tetap ada yang pakai, tapi di sini model seperti itu (sepeda kumbang) terus diproduksi," ujarnya.

Pantauan detikcom beberapa sepeda merek kenamaan di zaman dulu memang tidak asing di sini. Sebut saja merek Batavus, fongress, atau Humbler yang masih terlihat lincah membelah jalanan Kota Kedamaian dan Keadilan, Den Haag.

Yuk,Β bike to work!

(ahy/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads