"Jangan sampai Golkar semakin jatuh. Ini kan elektabilitas ARB sudah tersalip sama kader lain. Sudah waktunya lah ARB evaluasi diri mundur menjadi capres," kata Emrus usai acara diskusi penelitian Di antara Persepsi Publik dan Persepsi Elit : Jokowi Effect vs Zalianty Effect di Hotel Gran Melia, Jakarta, Senin (31/3).
Kemudian juga, lanjut Ermus, kalau kondisi ini dibiarkan konsolidasi internal partai berlambang beringin bakal tidak kondusif. Sejauh ini menurutnya sudah terlihat kondisi internal partai yang menginginkan ARB mengevaluasi pencalonannya.
Belum lagi persoalan eksternal partai seperti video plesiran ke Maladewa bersama Zhalianty bersaudara dan keputusan pemerintah terkait masalah lumpur Lapindo segera dituntaskan.
"Konflik gesekan internal partai bisa terjadi, setiap faksi itu ada dalam partai. Dan, ARB tidak bisa mengkonsolidasi persoalan internal partai ini dengan maksimal. Tingkat elektabilitas dia masih kalah artinya mesin politik di daerah juga belum optimal," sebutnya.
Berdasarkan survei dari Pusat Kajian Pancasila, Hukum dan Demokrasi- Universitas Negeri Semarang (Puskaphdem unnes) terbaru terkait persepsi publik capres dari Partai Golkar terjadi perubahan. Aburizal Bakrie kalah elektabilitasnya dari Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso.
ARB hanya meraih 16,42 persen. Adapun Priyo Budi Santoso mendapat perolehan 18,44 persen. Sementara mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla punya 17,33 persen.
(hat/ndr)