Ketika Siswa Pencipta Robot Bicara Soal Politik Indonesia

Ketika Siswa Pencipta Robot Bicara Soal Politik Indonesia

- detikNews
Minggu, 30 Mar 2014 07:32 WIB
Jakarta - Pemilihan legislatif tak lama lagi akan diselenggarakan. Rakyat Indonesia diimbau datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya.

Proses politik yang dibumbui intrik kepentingan dan praktek korupsi membuat banyak orang menjadi anti politik dan tak mengindahkan imbauan itu dengan memilih golput.

Meski banyak yang pesimis dengan mentalitas para politisi negeri, beberapa diantara mereka tetap memilih untuk datang ke TPS dan mencoblos. Lalu bagaimana dengan para pemilih muda yang gemar merakit robot atau hal-hal yang berbau teknologi?

"Saya antusias karena sebagai warga negara saya berhak ikut berpartisipasi dalam politik. Kebetulan di sekolah materinya tentang pemilu juga," kata salah seorang siswa pembuat robot asal SMA 70 Jakarta, Rian Wardana saat ditemui di pameran robot sederhana di Mal Pacific Place, SCBD, Jakpus, Sabtu (29/3/2014) semalam.

Menurutnya, oknum politisi yang membuat masyarakat enggan menaruh perhatian pada dunia politik. Banyaknya kasus korupsi serta sorotan anggota DPR yang lebih rajin bolos daripada hadir rapat paripurna bisa memberi gambaran kecil bagaimana bobroknya perpolitikan kita di mata masyarakat.

Hal ini diperparah dengan banyaknya orang yang masuk dunia politik namun tak disertai kemampuan mumpuni. Ujung-ujungnya, kekuatan uang dan tekanan yang mendominasi.

Rian sendiri punya pengalaman pribadi berhadapan dengan seorang anggota DPR yang juga seorang artis dari sebuah parpol. Saat itu, ia sedang mendapat tugas harus mewawancarai seorang politisi tentang kiprah politiknya.

Saat itu, ia bertanya bila dalam kondisi mendesak harus memilih rakyat atau partai, maka mana yang menjadi prioritas politisi tersebut?

"Hasilnya bikin kaget. Dia malah jawab 'saya pilih partai tentu saja. Karena saya tidak akan jadi anggota DPR kalau tidak ditunjuk oleh partai'. Menurut saya itu naif banget. Dia mungkin sudah tidak bisa membedakan skala prioritas kerja ya," kata warga Tangerang ini dengan antusias.

Hal ini akhirnya membuat dia ingin menggunakan hak pilihnya untuk memilih orang yang benar-benar punya kemampuan. "Sekarang masih mempelajari kalau caleg-caleg," sambung siswa kelas XI IPA ini.

Bagaimana dengan pemilihan presiden?

"Saya lebih suka orang-orang yang belum lama di partai. Yang punya visi misi ke depan dan kelihatan kerjanya," ujarnya.

Ia mengikuti perkembangan para tokoh yang sudah mencalonkan diri sebagai presiden. Ia menyebut nama Aburizal Bakrie, Prabowo, Jusuf Kalla, Jokowi, Anies Baswedan dan belakangan yang ramai dibicarakan, Abraham Samad.

Meski belum ada yang benar-benar sreg, ia menyebut nama Jokowi yang menurutnya cukup pantas duduk sebagai presiden. Nama politisi senior lainnya dinilainya maju dalam pencapresan karena mengejar kekuasaan dan kebanggaan diri sendiri.

"Yang politisi seperti ARB atau Prabowo kayaknya mereka mau maju jadi presiden bukan untuk perbaiki Indonesia tapi kayaknya seakan-akan mengejar prestige dan jabatan. Saya pikir ARB enggak suitable untuk jadi presiden. Kalau yang belum lama di partai atau dari luar partai punya kecendrungan lebih dikit mikir tentang partainya," terang pencipta robot penyiram tanaman 'Gardematon' ini.

Keputusan untuk memilih juga diambil oleh duo programer asal Universitas Budi Luhur, Jakarta bernama Indra Kurniawan (20) dan Rahmat Setiawan (20). Mereka memutuskan untuk nyoblos pada 9 April 2014 dengan alasan ingin turut andil dalam pembangunan negeri.

"Menurut saya, kalau kita nggak nyoblos dan merasa nanti Indonesia terpuruk, lu nggak berhak marah dan memaki karena lu sendiri nggak ikut menggunakan hak politik yang lu punya," kata Indra yang berhasil membuat robot mainan anjing dari stereofoam dan perangkat lunak milik little bit.

Sudah memutuskan memilih 9 April nanti, tapi mereka mengaku tak tahu tentang figur caleg yang mewakili tempat tinggalnya. Ia hanya menaruh perhatian pada pemilihan presiden pada 9 Juli mendatang.

Menurut Rahmat, hingga saat ini belum ada figur yang pas untuk dipilih sebagai presiden. Jokowi yang banyak dipuji masyarakat luar Jakarta dinilainya belum maksimal bekerja.

"Belum ada yang bagus. ARB, Prabowo, Dahlan Iskan belum ada yang bagus. Bahkan Jokowi aja masih kelihatan kayak pencitraan," kata mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Informatika ini.

Berbeda dengan Rahmat yang merasa belum ada kandidat capres yang bagus, Indra menyebut nama Anies Baswedan sebagai sosok yang bisa membuat perubahan di Indonesia. Rekam jejak peserta konvensi partai Demokrat ini dinilainya bagus dan tak ada kaitan dengan praktek korupsi.

"Pak Anies (Baswedan) bagus. Dia visioner dan cerdas," kata Indra.

Siapapun yang akan menjadi presiden Indonesia kelak, para pembuat robot ini menaruh harapan Indonesia bisa lebih baik lagi. Tindak korupsi berkurang, tak ada TKI yang disiksa di luar negeri lagi dan taraf kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat.

(bil/rmd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads