Perahu-perahu bersejarah itu nampak masih layak berlayar, mengingatkan akan kejayaan masa lalu di mana Indonesia sangat terkenal akan rempah-rempah. Masih mengkilap sisa-sisa kapal pinisi biru berkat jasa Pak Ruri (41) yang senantiasa menjaga keutuhannya sejak 10 tahun silam.
Agaknya masih terbayang pula aroma rempah-rempah yang dibawa kapal itu sehingga angan kilas balik pun melayang. Dalam benak Pak Ruri, andaikata negeri ini bebas korupsi mungkin kekayaan alam akan terkelola dengan baik.
โKalau korupsi memang sudah ada sejak dahulu, sejak zaman VOC bangsa ini dikenalkan dengan yang namanya korupsi. Kebangkrutan VOC itu karena korupsi, jadi rempah-rempah yang sudah disimpan di gudang yang kebetulan gudangnya adalah yang sekarang jadi Museum Bahari ini, itu dikorupsi oleh pejabat-pejabat VOC,โ ujar Ruri dengan lantang di Museum Bahari, Jl. Pasar Ikan, Jakarta Utara, Rabu (19/3/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
โKorupsi itu akarnya permasalahan di Indonesia, pembangunan tak selesai akibat dikorupsi oleh pemimpin-pemimpinnya. Di sisi lain banyak pula orang-orang yang pasrah dengan keadaan. Padahal pasrah itu tidak menyelesaikan masalah,โ tutur Ruri yang kali ini menggunakan sapu kecil pembersih benda koleksi museum ibarat tongkat komando.
Ruri kemudian melayangkan sebuah imaji akan negeri pelaut yang mana negeri ini bagai satu kapal besar. Saling topang bergotong royong membuat kapal tak mudah tenggelam meski ombak menerpa kuat.
โYang penting para pemimpin itu harus jujur dan yang di bawah tidak saling menyalahkan, itu saja. Saya tidak mau bicara soal si A atau si B, yang mana masih kurang ya dilengkapi saja. Yang penting jangan dilakukan apa yang sudah salah yang lalu-lalu,โ lanjut Ruri.
Layaknya sebuah kapal yang tak sabar ingin berlayar, Ruri pun menyudahi pidato politiknya. Patung-patung pelaut itu nampak sudah memanggil-manggil Ruri untuk kembali membersihkan debu.
(bpn/van)