Terbang di awan tentunya cukup menyeramkan. Selain TNI, petugas juga berasal dari kalangan sipil. Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan merekrut 9 tenaga honorer. Mereka mempersiapkan garam untuk disemai.
Jika menggunakan pesawat Hercules, maka garam akan ditempatkan di tabung yang sudah dimodifikasi. Dari dalam pesawat nanti akan ada selang mengarah ke bawah. Sekali angkut 4 ton. Proses pengemasan dilakukan pekerja honorer.
Sedangkan jika menggunakan pesawat Cassa, caranya lebih tradisonal. Sekitar satu ton garam dalam kemasan dibawa di pesawat. Nanti akan ada tabung untuk disambungkan dengan selang ke luar menyemai ke awan.
Hendri (27) dan Zulham (27) melakoni pekerjaan tersebut belakangan ini. Hendri mengaku, selama ini dirinya belum pernah naik pesawat. Menjadi penyemai garam adalah pengalaman pertamanya naik si burung besi ini.
"Saya merasakan naik pesawat ya karena bekerja menabur garam ini. Sudah dua minggu ini saban hari naik pesawat mencari awan untuk ditabur garam," kata Hendri.
Untuk sekali terbang dengan Hercules, Hendri berada di udara selama 2,5 jam. Di dalam, ia menunggu intruksi suara bel yang akan diberitahukan pilot.
"Begitu bel berbunyi, itu tanda pesawat masuk dalam awan. Saat itulah petugas membuka selang ke luar sampai bel berhenti. Setelah itu nyari awan lagi, sampai garam habis," cerita Hendri.
Untuk sekali berangkat, ada 3 petugas sipil yang diajak terbang. Mereka silih berganti membuat hujan buatan dan memadamkan api.
"Kalau ditanya pusing, ya pasti pusing kepala kalau sudah turun. Ada juga teman kami yang kadang muntah di dalam pesawat. Mana lagi kalau pesawat Hercules ini bisingnya minta ampun, pekak telinga," kata Zulham.
Zulham mengaku, naik pesawat menyemai garam di awan tidaklah senyaman naik pesawat komersial. Zulham yang mengaku pernah dua kali naik pesawat komersial itu, mengaku di dalam pesawat Hercules guncangan lebih kuat lagi.
"Bagaimana tidak goncang, kalau pesawat komersial menghindari awan, kita malah masuk ke dalam awan. Goncangan cukup terasa di dalam awan," cerita Zulham.
Zulham mengaku senang selama bekerja sebagai petugas penyemai garam. Baginya tidak semua orang punya pengalaman seperti yang dia rasakan.
"Memang ngeri juga terbang di awan. Tapi aku malah seneng bisa terbang sama pasukan TNI," kata Zulham.
Mau tahu berapa gaji mereka? Tidak banyak, mereka hanya menerima upah Rp 90 ribu per hari yang dibayar oleh BNPB.
"Kami dikasi makan siang sekali. Lumayanlah dapat pengalaman yang penuh tantangan," tutup Zulham.
Saat ini, ada 2 pesawat penyemai garam di Lapangan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru. Hercules milik TNI AU dan pesawat Cassa milik BPPT. Dua pesawat inilah yang membawa Zulham dan Hendri menembus awan, menyemai garam, dan memusnahkan api yang masih terus berkobar hingga saat ini.
(cha/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini