Dalam museum yang dulunya adalah gudang rempah-rempah milik VOC itu Ruri (41) sedang membersihkan benda koleksi museum. Sudah tertanam dalam kepala Ruri bahwa Indonesia adalah negara kaya, bukan seharusnya ada rakyat negeri ini yang hidup miskin.
“Tapi saya tidak setuju kalau ada orang yang kemudian menyalahkan pemerintah setiap ada masalah. Masalah bangsa ini bukan sekadar salah siapa yang memimpin, tapi harus dikembalikan lagi ke diri kita,” tutur Ruri sambil membersihkan patung Fatahillah dengan sapu kecil di Museum Bahari, Jl. Pasar Ikan, Jakarta Utara, Rabu (19/3/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau ada yang bilang pembangunan jadi tidak selesai gara-gara dipimpin si anu, si itu, kalau menurut saya sih sebaiknya tidak perlu saling menyalahkan. Yang menyalahkan itu yang menghambat pembangunan,” kata Ruri.
“Kalau salah jangan disalahkan. Kadang pandangan lain atau mungkin pihak yang sini baik yang sana nggak. Itulah yang dibilang ada pro dan kontra,” lanjut Ruri.
Patung Fatahillah yang sedang dibersihkan Ruri terlihat gagah dengan meriam di belakangnya. Sementara di gambar latar belakang terlihat Fatahillah tengah bertempur bersama dengan pasukannya.
Dalam gambar itu terlihat Fatahillah dipercaya penuh untuk memimpin sehingga semakin mantap dia memimpin Batavia saat itu sambil naik kuda. Ruri berpikir terkadang waktu juga tak bisa disalahkan ketika bicara kepemimpinan. Seperti misalnya Gubernur DKI Jakarta Jokowi yang memimpin sejak hampir dua tahun lalu di Ibu Kota.
“Kalau ada yang bilang, sejak dipimpin si ini pembangunannya belum kelar atau bagaimana, menurut saya sebaiknya tidak usah disalahkan. Yang salah itu harusnya didorong supaya tidak salah, bukannya disalahkan. Jadi yang bilang ada salah itu kasih tahu yang benar, jangan cuma bisa menyalahkan,” ujar Ruri.
“Ada lagi yang bilang belum tuntas lah atau bagaimana, tapi kalau menurut saya sebenarnya pola pembangunan saat ini sudah benar. Di mana cagar-cagar budaya itu ditata kembali. Itu sudah benar ketimbang hanya membangun mal yang bikin macet,” imbuh dia.
Sikap pasrah dan malas pun menjadi sorotan Ruri yang sehari-hari giat mencari celah datangnya rezeki. Menurut ‘pelayan’ para tokoh maritim dunia ini, setiap jalan yang ditempuh pasti ada hasilnya masing-masing.
“Kalau dasarnya saja sudah malas dan pasrah, pasti bisanya hanya menyalahkan saja,” ucap dia.
Baju yang dikenakan Fatahillah terlihat sudah tak lagi berbekas debu. Melengganglah Ruri ke tempat di mana kapal-kapal laut bersejarah disimpan. Sebuah lambang kejayaan nusantara yang tak lepas dari kesalahan pula namun masih mampu ditopang oleh rakyat-rakyat yang optimis memandang kejauhan.
(bpn/trq)