Bersatulah Partai Islam di Pileg 2014
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Bersatulah Partai Islam di Pileg 2014

Jumat, 28 Mar 2014 10:32 WIB
Amril Jambak
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jakarta - Lembaga Survei Nasional (LNS) merilis hasil survei yang membandingkan kekuatan elektabilitas partai-partai Islam. Hasilnya, di antara 6 parpol yang digolongkan sebagai partai Islam, PKB menempati posisi paling atas.

Survei nasional LSN ini dilaksanakan pada 5-15 Maret 2014 di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Populasi dari survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang telah memiliki hak pilih dan sudah tercantum dalam DPT. Jumlah sampel sebesar 1.230 responden yang diperoleh menggunakan teknik rambang berjenjang (multistage random sampling).

Ambang batas kesalahan survei ini adalah 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Prosentase elektabilitas partai Islam yang ditampilkan merupakan bagian dari survei seluruh parpol peserta Pemilu 2014.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"PKB justru memiliki indeks elektabilitas tertinggi dibandingkan partai berbasis massa Islam lainnya," kata Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry dalam siaran pers, Senin (24/3/2014). Berikut hasil survei LSN, 1. PKB (6,5%), PPP (4,7%), PAN (4,5%), PKS (3,6%) dan PBB (0,9%).

Mencermati hasil survei tersebut, dihitung persentase keseluruhan partai Islam dalam pemilihan umum legislatif (Pileg) 9 April 2014, didapatkan total perolehan suara sebesar 20,2 persen. Menurut hemat penulis, seandainya partai Islam bersatu menghadapi pemilihan umum presiden (Pilpres) Juni 2014, dipastikan bisa mengusung calon presiden (Capres).

Pasalnya, Pasal 9 UU Pilpres terkait ketentuan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) oleh parpol atau gabungan parpol minimal 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah secara nasional.

Potensi untuk menyatukan partai Islam sebenarnya sudah lama didengung-dengungkan bahkan diharapkan umat. Bahkan, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali berpendapat koalisi partai-partai berbasis Islam memungkinkan terjadi pada Pilpres 2014.

"Memang ada beberapa kelompok masyarakat yang menginginkan agar partai Islam bersatu," ujarnya menjawab pertanyaan wartawan di Kota Bengkulu.

Menurut dia, meski belum ada komunikasi politik, koalisi partai-partai Islam sangat dapat terwujud. Terkait calon presiden yang potensial diterima koalisi, Menteri Agama RI ini belum bisa memberikan pandangan.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hasrul Azwar menyatakan, sangat sulit mempersatukan partai-partai berbasis massa Islam dalam suatu wadah koalisi politik. Pasalnya, ia menilai semua partai Islam terlalu keras memperjuangkan egonya masing-masing.

Hasrul menjelaskan, selama ini koalisi partai Islam selalu berakhir pada tingkat wacana. Realisasinya tak pernah ada karena sulit menyatukan visi, misi, dan kemauan partai masing-masing. "Sejarah yang mengatakan itu, dan sejarah itu tidak bisa kita tutup, kekuatan politik Islam sulit bersatu," kata Hasrul di Kompleks Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (4/2/2014).

Ketua Fraksi PPP di DPR itu mengatakan, sulitnya menyatukan partai Islam dalam wadah koalisi politik tidak hanya terjadi di Indonesia. Menurutnya, kondisi serupa juga terjadi di negara lain di dunia.

"Jangankan di Indonesia, di internasional (partai Islam) juga sulit bersatu. Selama masih mengedepankan interest-nya masing-masing tak akan bisa bersatu," katanya.

Sebagai informasi, sejumlah tokoh dari partai politik berbasis Islam kerap berkumpul dalam sebuah forum diskusi. Forum itu yang kemudian dinamakan sebagai cikal bakal dibentuknya koalisi Poros Tengah Jilid II.

Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Tjatur Sapto Edy mengatakan, keberadaan Poros Tengah Jilid II itu digerakkan oleh sejumlah petinggi dan tokoh partai Islam seperti Mahfud MD dan Amien Rais. Forum itu kerap bertemu secara intensif untuk membahas sejumlah masalah bangsa, kenegaraan, sampai membahas sosok pemimpin di 2014.

Adanya rencana membentuk koalisi Poros Tengah Jilid II ini juga sempat diungkapkan oleh Mahfud MD. Mahfud mengungkapkan, pemikiran utama forum itu adalah bagaimana partai dan ormas Islam bersatu dalam merespons persoalan kepemimpinan 2014. Namun, sampai saat ini, rencana membentuk koalisi partai Islam itu tak lagi terdengar.

Lalu, kenapa sulit untuk menyatukan partai Islam tersebut? Padahal di negara lain, seperti Partai Islam di Afrika Selatan mengumumkan telah bersatu untuk menghadapi pemilu Mei mendatang. Dengan bersatunya partai Islam ini, maka hanya akan ada satu bendera dalam kampanye nasional.

Terdapat dua partai Islam yang menyatakan koalisi tersebut, yaitu partai Al Jama-ah dan Partai Muslim Afrika (AMP). Berkoalisinya dua partai ini terjadi karena banyaknya tuntutan umat Islam yang merasa kebingungan untuk mendukung partai yang mana di antara dua partai tersebut.

Banyak pengamat memperkirakan bersatunya partai Islam ini akan memberikan pengaruh yang cukup besar mensukseskan umat Islam dalam perjuangan politik. Langkah ini akan cukup menyumbang bagi lolosnya perwakilan warga Muslim dalam parlemen karena calon-calon anggota legislatif dua partai ini akan disatukan.

Saat ini persentase warga Muslim di Afrika Selatan mencapai 1,5%. Sebelumnya mereka mendukung partai nasional. Namun setelah partai Islam didirikan, warga Muslim berpindah mendukung partai Islam.

Apakah ini bisa terlaksana di Indonesia atau mungkin sebatas mimpi belaka?

*) Amril Jambak, wartawan di Pekanbaru, Riau sekaligus peneliti di Forum Dialog Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia.

(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads