BBC melansir 10 pertanyaan yang belum terjawab itu, Kamis (27/3/2014):
(Ilustrasi: detikcom)
|
6. Mengapa tidak mudah melacak pesawat yang hilang dengan satelit militer?
(Foto: spacewar.com)
|
Gambar-gambar satelit tersebut bisa ditarik hanya selisih 2-3 jam setelah gambar diambil. Yang lama adalah analisa citra satelit itu. Satelit milik pemerintah dan militer belum bisa diandalkan untuk melakukan pencarian.
Namun Laurence Gonzales, peulis penerbangan '232: A Story of Disaster and Survival' mengatakan bahwa beberapa negara memiliki keterikatan dan sistem yang canggih yang bisa mendeteksi benda-benda kecil.
"Rudal balistik yang cepat dan kecil bisa dipantau dengan mudah, jadi bagaimana mereka bisa kehilangan benda yang besar dan bergerak lambat seperti pesawat jumbo? Itu menunjukkan bahwa di suatu tempat dengan kekuasaan di dunia, seseorang tahu ke mana pesawat itu namun tidak membicarakannya. Mungkin untuk alasan keamanan nasional karena mereka tak ingin mengungkapkan kecanggihan yang mereka miliki bahwa teknologi satelit mereka sangat bagus hingga bisa membaca label di bola golf," kata Gonzales.
Pakar dari laboratorium keselamatan penerbangan Universitas Brunel, Dr Guy Gratton, mengatakan satelit militer yang bisa menangkap pergerakan rudal balistik tidak bisa membantu banyak karena radar itu tidak dikalibrasi untuk menangkap pesawat dengan ukuran besar.
"Pesawat ini berada di ketinggian di atas 7 mil (11.265 km) dan kecepatannya tiga perempat kecepatan suara. Rudal balistik itu bisa empat sampai lima kali lebih cepat dari kecepatan suara dan bisa sampai 30-50 mil di atasnya. Rudal dan pesawat memiliki profil yang berbeda," kata Gratton.
6. Mengapa tidak mudah melacak pesawat yang hilang dengan satelit militer?
(Foto: spacewar.com)
|
Gambar-gambar satelit tersebut bisa ditarik hanya selisih 2-3 jam setelah gambar diambil. Yang lama adalah analisa citra satelit itu. Satelit milik pemerintah dan militer belum bisa diandalkan untuk melakukan pencarian.
Namun Laurence Gonzales, peulis penerbangan '232: A Story of Disaster and Survival' mengatakan bahwa beberapa negara memiliki keterikatan dan sistem yang canggih yang bisa mendeteksi benda-benda kecil.
"Rudal balistik yang cepat dan kecil bisa dipantau dengan mudah, jadi bagaimana mereka bisa kehilangan benda yang besar dan bergerak lambat seperti pesawat jumbo? Itu menunjukkan bahwa di suatu tempat dengan kekuasaan di dunia, seseorang tahu ke mana pesawat itu namun tidak membicarakannya. Mungkin untuk alasan keamanan nasional karena mereka tak ingin mengungkapkan kecanggihan yang mereka miliki bahwa teknologi satelit mereka sangat bagus hingga bisa membaca label di bola golf," kata Gonzales.
Pakar dari laboratorium keselamatan penerbangan Universitas Brunel, Dr Guy Gratton, mengatakan satelit militer yang bisa menangkap pergerakan rudal balistik tidak bisa membantu banyak karena radar itu tidak dikalibrasi untuk menangkap pesawat dengan ukuran besar.
"Pesawat ini berada di ketinggian di atas 7 mil (11.265 km) dan kecepatannya tiga perempat kecepatan suara. Rudal balistik itu bisa empat sampai lima kali lebih cepat dari kecepatan suara dan bisa sampai 30-50 mil di atasnya. Rudal dan pesawat memiliki profil yang berbeda," kata Gratton.
7. Apakah pesawat meluncur ke laut atau jatuh ke laut setelah avtur habis?
Pesawat kecil jatuh ke laut di Republik Dominika (Foto: EPA)
|
"Jika pesawat itu berada di bawah kontrol, pesawat bisa meluncur di atas air seperti kasus Airbus yang melakukan pendaratan di atas Sungai Hudson New York karena kedua mesinnya mati. Kondisi itu identik dengan avtur habis, dan pilot bisa mengaturnya untuk mendarat di atas air," kata pakar dari laboratorium keselamatan penerbangan Universitas Brunel, Dr Guy Gratton.
Pakar pemantau data penerbangan dari Universitas Cranfield, David Barry, setuju pada pendapat Grutton itu. "Pesawat dengan ukuran ini akan bisa terbang normal atau meluncur sebelum pesawat menabrak laut atau kehabisan avtur," tutur Grutton.
Lain halnya jika pesawat itu tidak terkontrol, maka penurunan pesawat itu bisa 'sangat parah'.
7. Apakah pesawat meluncur ke laut atau jatuh ke laut setelah avtur habis?
Pesawat kecil jatuh ke laut di Republik Dominika (Foto: EPA)
|
"Jika pesawat itu berada di bawah kontrol, pesawat bisa meluncur di atas air seperti kasus Airbus yang melakukan pendaratan di atas Sungai Hudson New York karena kedua mesinnya mati. Kondisi itu identik dengan avtur habis, dan pilot bisa mengaturnya untuk mendarat di atas air," kata pakar dari laboratorium keselamatan penerbangan Universitas Brunel, Dr Guy Gratton.
Pakar pemantau data penerbangan dari Universitas Cranfield, David Barry, setuju pada pendapat Grutton itu. "Pesawat dengan ukuran ini akan bisa terbang normal atau meluncur sebelum pesawat menabrak laut atau kehabisan avtur," tutur Grutton.
Lain halnya jika pesawat itu tidak terkontrol, maka penurunan pesawat itu bisa 'sangat parah'.
8. Apakah penumpang dalam pesawat tahu ada sesuatu yang salah?
Ilustrasi (Daily Mail)
|
Editor senior majalah Popular Mechanic, Joe Pappalardo, mengatakan dalam banyak penerbangan yang memakan waktu berjam-jam, penumpang biasanya tidak sadar. Apalagi pada pukul 01.00 dini hari biasanya banyak penumpang tertidur. Pada pagi harinya bisa saja mereka baru sadar bahwa pesawat ada di jalur yang salah.
Otoritas Malaysia mengatakan bahwa pesawat berada hingga ketinggian 45 ribu kaki sebelum jatuh ke ketinggian 23 ribu kaki. "Jika itu yang terjadi (penurunan ketinggian) maka bisa jadi penumpang merasa kehilangan ketinggian," kata Pappalardo.
Namun satu teori menjelaskan bahwa bila pesawat naik secara tiba-tiba bisa menyebabkan kekurangan oksigen dalam kabin yang bisa membuat orang pingsan bahkan tewas.
"Horornya begini, penumpang bisa saja menyadari ada sesuatu yang salah saat pesawat naik, kemudian ada dekompresi yang menyebabkan masker oksigen turun, dan mereka sadar oksigen terbatas. Skenario yang lebih baik, mereka sama sekali tidak tahu sampai kecelakaan terjadi," kata Sylvia Wrigley, pilot pesawat ringan dan penulis 'Why Planes Crash'
8. Apakah penumpang dalam pesawat tahu ada sesuatu yang salah?
Ilustrasi (Daily Mail)
|
Editor senior majalah Popular Mechanic, Joe Pappalardo, mengatakan dalam banyak penerbangan yang memakan waktu berjam-jam, penumpang biasanya tidak sadar. Apalagi pada pukul 01.00 dini hari biasanya banyak penumpang tertidur. Pada pagi harinya bisa saja mereka baru sadar bahwa pesawat ada di jalur yang salah.
Otoritas Malaysia mengatakan bahwa pesawat berada hingga ketinggian 45 ribu kaki sebelum jatuh ke ketinggian 23 ribu kaki. "Jika itu yang terjadi (penurunan ketinggian) maka bisa jadi penumpang merasa kehilangan ketinggian," kata Pappalardo.
Namun satu teori menjelaskan bahwa bila pesawat naik secara tiba-tiba bisa menyebabkan kekurangan oksigen dalam kabin yang bisa membuat orang pingsan bahkan tewas.
"Horornya begini, penumpang bisa saja menyadari ada sesuatu yang salah saat pesawat naik, kemudian ada dekompresi yang menyebabkan masker oksigen turun, dan mereka sadar oksigen terbatas. Skenario yang lebih baik, mereka sama sekali tidak tahu sampai kecelakaan terjadi," kata Sylvia Wrigley, pilot pesawat ringan dan penulis 'Why Planes Crash'
9. Mengapa penumpang pesawat tidak menggunakan HP mereka?
Potongan film United 93 (Universal Studio)
|
Namun dalam kasus MH370, ketinggian pesawat yang mencapai 30 ribu kaki dinyatakan tidak ada sinyal telepon seluler yang mencapai ketinggian itu.
"Sangat sulit mendapatkan sinyal di jalan-jalan terpencil, berada di ketinggian yang tinggi, jauh dari menara pemancar dan berkecepatan 500 mil per jam (800 km per jam)," kata pakar pemantau data penerbangan dari Universitas Cranfield, David Barry.
9. Mengapa penumpang pesawat tidak menggunakan HP mereka?
Potongan film United 93 (Universal Studio)
|
Namun dalam kasus MH370, ketinggian pesawat yang mencapai 30 ribu kaki dinyatakan tidak ada sinyal telepon seluler yang mencapai ketinggian itu.
"Sangat sulit mendapatkan sinyal di jalan-jalan terpencil, berada di ketinggian yang tinggi, jauh dari menara pemancar dan berkecepatan 500 mil per jam (800 km per jam)," kata pakar pemantau data penerbangan dari Universitas Cranfield, David Barry.
10. Mengapa pesawat tak diatur memberikan data real time pada satelit?
Ilustrasi (nec.com)
|
Pakar pemantau data penerbangan dari Universitas Cranfield, David Barry, mengatakan teknologi masa kini sebenarnya memungkinkan pesawat memberikan data real time. Masalahnya, teknologi yang ada pada pesawat itu sesuai dengan masa saat pesawat itu diproduksi.
"Kami sedang meneliti alat-alat apa saja yang memungkinkan pesawat untuk memancarkan informasi pada satelit bila sesuatu yang tidak biasa terjadi seperti kebakaran dan dekompresi, namun sulit menyesuaikan bagi pesawat yang dibuat di tahun-tahun lalu. Boeing 777 itu meluncur pada awal 90-an, memakai teknologi waktu itu," kata Barry.
Pakar dari laboratorium keselamatan penerbangan Universitas Brunel, Dr Guy Gratton, mengatakan ACARS (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) pasti mengirimkan posisi terakhirnya terus bila alat itu tak dimatikan. Sistem satelit yang lebih rumit akan bisa mengetahui risiko bahaya itu.
"Kecuali industri ingin memakai sistem yang tidak bisa dimatikan secara manual, risikonya beda lagi. Itu pertanyaan yang tidak mudah. Apakah risiko pesawat hilang atau overheating elektronik? Kedua situasi itu tidak bisa disatukan," tutur Gratton.
10. Mengapa pesawat tak diatur memberikan data real time pada satelit?
Ilustrasi (nec.com)
|
Pakar pemantau data penerbangan dari Universitas Cranfield, David Barry, mengatakan teknologi masa kini sebenarnya memungkinkan pesawat memberikan data real time. Masalahnya, teknologi yang ada pada pesawat itu sesuai dengan masa saat pesawat itu diproduksi.
"Kami sedang meneliti alat-alat apa saja yang memungkinkan pesawat untuk memancarkan informasi pada satelit bila sesuatu yang tidak biasa terjadi seperti kebakaran dan dekompresi, namun sulit menyesuaikan bagi pesawat yang dibuat di tahun-tahun lalu. Boeing 777 itu meluncur pada awal 90-an, memakai teknologi waktu itu," kata Barry.
Pakar dari laboratorium keselamatan penerbangan Universitas Brunel, Dr Guy Gratton, mengatakan ACARS (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) pasti mengirimkan posisi terakhirnya terus bila alat itu tak dimatikan. Sistem satelit yang lebih rumit akan bisa mengetahui risiko bahaya itu.
"Kecuali industri ingin memakai sistem yang tidak bisa dimatikan secara manual, risikonya beda lagi. Itu pertanyaan yang tidak mudah. Apakah risiko pesawat hilang atau overheating elektronik? Kedua situasi itu tidak bisa disatukan," tutur Gratton.
Halaman 2 dari 12