"Nanti gampang kalau itu (mengajari bikin puisi). Kebetulan saya redaktur majalah sastra, nanti saya ajarin," ujar Fadli kepada detikcom, Kamis (27/3/2014).
Sasaran sindiran dari puisinya itu dinyatakan Fadli tak menunjuk ke satu orang atau lembaga, melainkan ditujukan sebagai sindiran kepada semua orang, termasuk diri Fadli sendiri. Lewat puisi, Fadli ingin mengajak semua politisi untuk bersaing dengan cara yang lebih berbudaya.
"Kita ingin politik kita berbudaya. Ya kita gunakan dong, saya pikir puisi adalah medium politik yang bagus," kata Fadli.
Puisi itu ditulis Fadli menggunakan ponsel pintar seketika setelah mendapat inspirasi. Tak perlu waktu lama untuk membuat karya yang ditulis Rabu (26/3) kemarin itu.
"Kalau puisi itu kan ekspresi. Saya nulis lima menit saja, begitu ada inspirasi saya tulis pakai handphone. Spontan," kata Fadli.
Sebelumnya, Wakil Sekjen PDIP Eriko Sotarduga menyatakan harus belajar membuat puisi semacam itu. Eriko mengaku belum mahir membuat puisi.
"Tapi ya ini fenomena baru, caleg atau politisi yang dapat berpuisi. Kami harus banyak belajar dalam hal ini. Apalah awak ini tak pandai berpuisi dan berpantun," kata Eriko saat dihubungi terpisah, Rabu (26/3).
(dnu/vid)