Melihat Rumah Para Imigran Gelap yang Terbaik di Kupang NTT

Melihat Rumah Para Imigran Gelap yang Terbaik di Kupang NTT

- detikNews
Kamis, 27 Mar 2014 00:20 WIB
Suasana Rudenim Kupang NTT (Taufan/detikcom)
Kupang - Mengelola Rumah Detensi Imigran (Rudenim) tidak mudah, masalah yang kompleks serta resiko kerap kali melanda petugas rudenim. Hal tersebut dikarenakan kebudayaan asal masing-masing imigran yang berbeda-beda namun hidup dalam satu atap.

Akan tetapi, masalah ini tidak menjadi hambatan bagi Rudenim Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pengelolaan yang terstruktur membuat Rudenim Kupang telah diakui sebagai salah satu rudenim terbaik dari 13 rudenim di seluruh Indonesia.

Penilaian tersebut berdasarkan, evaluasi Direktorat Imigrasi Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang membawahi penyidikan dan penindakan.

"Pak Direktur yang menangani rudenim telah melakukan kunjungan rudenim di seluruh Indonesia, beliau mengatakan disini (Rudenim Kupang) yang terbaik. Begitu juga dengan Pak Wamenkumham (Denny Indrayana) juga menilai terbaik dan susah menemukan yang lebih baik dari ini," kata Kepala Rudenim Kupang, Syahrifullah, di lokasi, jalan Adi Sucipto Penful, Kupang, NTT, Rabu (26/3/2014).

Syahrifullah menambahkan, Rudenim Kupang hingga kini telah menampung sebanyak 134 imigran. Para imigran yang tak melengkapi dirinya dengan dokumen imigrasi ini berasal dari Iran, Irak, Afganistan, Somalia, Myanmar, dan Bangladesh.

"Meski banyak dari beberapa negara, tetap terjalin kerukunan antar imigran, dan sangat jarang terjadi konflik," ujar Syahrifullah.

Rudenim Kupang menerapkan pendekatan personal dan agama untuk menekan potensi konflik antar warga negara yang berbeda tanah air tersebut. Syahrifullah bahkan mengklaim rudenim yang dikelolanya adalah rudenim teraman di NTT.

"Pedekatan melalui agama terbilang sangat efektif. Selama ini, Rudenim Kupang merupakan rudenim teraman di NTT," ujar Syahrifullah.

Adapun pendekatan personal yang dilakukan yaitu menjalin keakraban antar petugas dan penghuni melalui berbagai sarana. Diantaranya olah raga, bercocok tanam, selalu menjaga kebersihan, dan disediakan klinik kesehatan bagi para imigran.

"Jadi kita berusaha membuat Rudenim Kupang bukanlah sebagai penampungan buat mereka, tetapi sebagai rumah mereka, dan kita disini adalah keluarga," papar Syahrifullah.

Seperti diketahui, kondisi Rudenim di Indonesia kerap kali dilanda konflik. Salah satunya kasus pada Juli 2013 di Rudenim Medan antar pengungsi Rohingnya dengan warga Myanmar.


(tfn/vid)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads