.webp)
Mary Kirby, pendiri dan editor media penerbangan di Amerika Serikat (AS) menyebut kunci masalah ini adalah konektivitas. Yang dimaksud Kirby dengan hal tersebut adalah setiap orang di dalam pesawat seharusnya diberi keleluasaan untuk memberi atau menerima informasi dari dunia luar penerbangan.
Wanita berambut merah ini mencontohkan, konektivitas untuk penumpang melalui sambungan internet yang bisa dilakukan kapan saja. Sementara untuk pilot, komunikasi kokpit sangat esensial. Tak boleh ada peralatan komunikasi yang bisa dimatikan dengan sengaja.
"Kita jangan sampai memiliki pilihan untuk dengan mudah mematikan transponder, hingga membuat keberadaan pesawat tak diketahui," kata Kirby kepada CBS News, Kamis (26/3/2014).
Alat yang bisa memback-up secara otomatis bila komunikasi dimatikan juga wajib disediakan. Hal ini juga bisa untuk mengantisipasi adanya kerusakan atau kebakaran.
"Semua orang yang saya ajak bicara selama dua pekan terakhir, mengatakan alat cadangan seperti itu adalah cara yang paling murah untuk mencegah ini terulang," sambungnya.
Pelajaran lain yang bisa diambil dari insiden MH370 adalah mengenai pembenahan menara pengawas lalu lintas pesawat atau ATC. Semua menara seharusnya kini didukung oleh peralatan yang ditunjang dengan fasilitas satelit.
"Maksud saya dengan hal itu adalah, semua ATC harus didukung oleh peralatan satelit yang menjangkau seluruh permukaan bumi, termasuk kutub utara dan selatan," sambungnya.
Prediksinya, fasilitas ini akan terwujud dalam beberapa tahun ke depan. Nantinya, semua pesawat akan bisa dilihat posisinya, meski ada di berbagai belahan dunia.
Usulan ini jelas tidak murah. Namun menurut Kirby, selama demi kepentingan kemanusiaan, semua hal bisa dilakukan.
(mad/nwk)
