Namun demikian pada kenyataannya kecelakaan pesawat terbang memancing simpati remi internasional karena perusahaan penerbangan internasional (airlines) adalah flag carrier sebuah perusahaan angkutan yang membawa nama negara.
Kecelakaan yang terjadi atas Maskapai Perusahaan Malaysia Airlines (MAS) tidak menimbulkan kegemparan diperkirakan pertama-tama karena maskapai penerbangan MAS tidak terlalu dikenal, maskapai penerbangan yang tidak populer bahkan dibawah Singapore Airlines atau Thai Airways, bahkan Garuda Indonesia justru mungkin dikenal karena performance NKRI di dunia internasional.
Kecelakaan atas pesawat MAS mulai menarik perhatian pertama-tama karena dikaitkannya kecelakaan tersebut dengan aksi terorisme. Dengan asumsi pasti pesawat MAS tersebut meledak di udara dan jatuh dalam rute Kuala Lumpur-Beijing, maka simpati terhadap kecelakaan MAS pertama-tama justru negara-negara di sekeliling kawasan Laut China Selatan dan mulailah negara-negara di Asia Tenggara, khususnya ASEAN mulai menerjunkan berbagai pesawat dan kapal pencari korban pesawat MAS tersebut. Mungkin sampai mendekati hari ketujuh atau bahkan hari kesepuluh justeru Pemerintah Republik Rakyat China/Tiongkok belum ada pernyataan perhatian atau bahkan protes, padahal sekitar 153 jiwa penumpang adalah WN China. Sehingga tidak mengherankan jika aksi unjuk rasa keluarga korban pesawat Malaysia Airlines MH370 berakhir rusuh akhir-akhir ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah terorisme dan sikap Pemerintah Republik Rakyat China yang tidak terlalu antusias sejak awal menghadapi masalah terorisme ini sebenarnya telah memancing sejumlah pertanyaan antara lain, siapakah/etnis manakah penumpang yang menggunakan paspor palsu tersebut, yang diperkirakan telah check in tetapi tidak ikut terbang? Apakah tidak mungkin korban yang sengaja dilenyapkan oleh teroris dengan meledakkan pesawat MAS adalah seseorang yang sangat penting VVIP yang berlatar belakang warga negara atau etnis Tionghoa?
ย
Masalah dugaan aksi terorisme menimbulkan kecurigaan unsur teroris yang berusaha melenyapkan seseorang VVIP dari China dengan cara meledakkan pesawat MAS tersebut. Akhirnya banyak kalangan kembali mengingat kasus Lin Biao, yang pesawatnya diledakkan oleh Mao Tse Tung pada tahun lima puluhan.
Sementara itu Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Marciano Norman menyatakan BIN siap membantu menemukan di mana pesawat MAS tersebut jatuh, sebenarnya banyak yang menanfsirkannya sebagai kesiapan mengorganisir tim intelijen internasional untuk membongkar siapa teroris yang melakukan pembajakan terhadap pesawat MAS tersebut. Masalahnya menjadi bertambah rumit karena nalisa meyakini pesawat ternyata tidak terbang menuju utara tetapi membelok ke barat masuk kawasan Samudera Hindia.
Pemerintah Malaysia dalam jumpa pers pada 25 Maret 2015 akhirnya menyebutkan penerbangan tersebut tidak diakui atau โblack flightโ karena tidak sesuai dengan arah dan tujuannya. Di sinilah baru unsur ilmu pengetahuan masuk ke dalam analisa terhadap musibah pesawat MAS tersebut, yang datang dari mantan Presiden BJ Habibie seorang ahli pesawat terbang yang memperkirakan ada dua peristiwa teknis terjadi, yaitu tidak berfungsinya radar, sehingga pesawat tanpa kendali membelok ke narat dan terjadi ledakan sebelum pilot berhasil mencari upaya penyelamatan. Dan peristiwa tersebut terjadi di atas Samudera Hindia.
Kini masalahnya sudah menjadi semakin ruwet. Kambing hitam kesalahan dan langkah-langkah yang tidak cakap kini dialamatkan kepada Malaysia, yang tidak dapat meng-clear-kan apa sebab kecelakaan pesawat MAS tersebut.
Sudah Dipolitisasi
Kecelakaan pesawat MH370 ini juga marak menjadi perbicangan di media sosial terutama terkait media Malaysia โUtusanโ yang mewartakan Indonesia terlibat atas hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370. Pemberitaan yang bersumber dari analisis Cabal Times tersebut mengatakan Indonesia memiliki perjanjian dengan AS terkait hilangnya pesawat tersebut.
Media Malaysia Utusan mengutip website Cabal Times menyebutkan pesawat Malaysia Airlines sengaja diterbangkan ke pangkalan Amerika Serikat (AS) di Diego Garcia atau di wilayah Samudera Hindia. Radar Indonesia disebut โUtusanโ sebenarnya sudah menangkap jejak Malaysia Airlines MH370, tetapi Indonesia tidak memberitahukan masalah tersebut karena memiliki perjanjian dengan Amerika Serikat.
Menurut Sumardi Brotodiningrat, staf khusus Kemhan bidang Luar Negeri menyatakan dugaan mengenai keterlibatan Indonesia sangat lucu, padahal sudah jelas Pemerintah Indonesia justru membantu proses pencarian pesawat 227 penumpang tersebut di samping 25 negara lainnya. Penyelidikan kini akan difokuskan untuk mencari data radar dari negara mana pun yang mungkin dilewati pesawat itu. Malaysia menyatakan pesan terakhir yang dikirim salah satu pilot dibuat setelah sistem komunikasi pesawat dimatikan dengan sengaja.
Sebagian media Malaysia mengecam media Australia yang menayangkan pengakuan seorang perempuan dan temannya yang naik dalam kokpit Malaysia Airlines selama penerbangan Phuket-Kuala Lumpur beberapa tahun lalu. Seorang wanita bernama Jonti Roos dan temannya mengaku ditawari oleh Fariq Abdul Hamid, kopilot dalam pesawat bernomor penerbangan MH-370 yang hingga kini belum ditemukan, dan pilot untuk masuk di ruang pengendali pesawat. Dimuat pertama kali oleh A Current Affair, Roos menceritakan apa yang terjadi di dalam kokpit selama penerbangan. Sepanjang penerbangan, mereka diajak berbicara dan menyaksikan pilot merokok selama penerbangan. Selain itu, mereka berfoto-foto di area kokpit selama penerbangan.
Johan Jaffar, pimpinan perusahaan Media Prima, menyatakan publikasi media Australia ini sebagai jurnalisme kelas rendah yang dibuat hanya berdasarkan desas-desus. Hal yang sama ditegaskan Nuraina Samad, mantan Redaktur Eksekutif New Straits Times Malaysia yang mengaku sedih dengan laporan yang disiarkan media Australia dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia itu. Azman Ujang, mantan Pemimpin Redaksi kantor berita Bernama, mengatakan kebebasan pers tidak boleh disalahgunakan. Pemberitaan media Australia tersebut hanya mengambil keuntungan dari hilangnya Malaysia Airlines.
Selain pemberitaan media resmi yang terus menyudutkan incapabilty prosedur penerbangan Malaysia, pemberitaan sampah (scam news) yang memanfaatkan insiden tersebut untuk kepentingan komersial juga semakin membuat media Malaysia merasa terpukul sehingga berusaha untuk mencari topik pengalihan.
Sikap Pemerintah Malaysia yang cenderung menutupi informasi seputar hilangnya pesawat berdampak terhambatnya negara-negara lain dalam membantu upaya pencarian dan deteksi pesawat yang hilang. Sikap membatasi informasi oleh Pemerintah Malaysia ini berhubungan dengan citra penerbangan Malaysia yang akan buruk dalam pandangan internasional jika fakta penyebab insiden diketahui publik internasional.
Oleh sebab itu langkah-langkah internasional untuk meng-clear-kan masalah ini yaitu memastikan bahwa pesawat menghadapi musibah karena ulah teorisme; atau memastikan bahwa pesawat menemui musibah karena malfunction instrument pesawat, sehingga pesawat tidak terkendali dan akhirnya meledak. Kecelakaan terjadi di Laut China Selatan atau Samudera Hindia, merupakan musibah yang tidak bisa dikuasai penyelamatannya atau ada kekeliruan penanganan sehingga musibah tidak terkendali dan terjadi kesimpangsiuran yang merugikan para keluaga korban.
Untuk menunjukkan bahwa ASEAN telah berbuat sesuatu dan bersatu dalam menyelesaikan kasus ini, maka upaya-upaya internasional dalam menjawab pertanyaan di atas seperti melalui seminar sebaiknya diselenggarakan oleh Malaysia atas nama ASEAN.
*) Herdiansyah Rahman adalah peneliti senior di Forum Dialog Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia, Jakarta.
(nwk/nwk)