Mohd Razali Mahmud, profesor ilmu hidrogafi (pemetaan laut) Universiti Teknologi Malaysia (UTM) mengatakan, lokasi diduga jatuhnya pesawat terisolir dengan gelombang tinggi dan arus kuat bawah laut ditambah angin kencang.
"Ketinggian gelombang bisa mencapai 5 meter dan ini akan menjadi tantangan besar dalam setiap operasi penyelamatan," kata Mohd yang berasal dari Fakultas Geoinformasi UTM ini dikutip The Star, Rabu (26/3/2014)
Dia menambahkan, kapal komersil bahkan menghindari melintasi rute ini karena tantangan dan bahaya yang dihadapi. Baginya hal terpenting saat ini adalah mempersempit area pencarian untuk menemukan puing dan kotak hitam pesawat rute Kuala Lumpur-Beijing yang hilang 8 Maret lalu itu.
Kapal pencari juga harus dilengkapi sistem sonar multibeam untuk memindai dasar laut mencari puing pesawat.
"Saya berharap puing pesawat berada di dataran lautan karena pencarian akan menjadi rumit bila puing berada di jurang atau daerah gunung di dasar laut," ujarnya menyebut topografi laut mirip dengan daratan dengan adanya jurang dan pegunungan.
Dia mengatakan alat bantu pencarian yakni ROV (remote operating vehicles) atau AUV (autonomous underwater vehicles) dapat dikerahkan untuk pencarian di kedalaman 4 ribu-7 ribu meter.
Mohd yang 20 tahun mempelajari lautan ini juga menyinggung kemampuan sonar multibeam yang dimiliki Angkatan Laut Malaysia hanya mampu mendeteksi pada kedalaman 1.000 meter.
Pencarian kotak hitam makin mendesak karena baterai yang memancarkan sinyal ultrasonik hanya bertahan 30 hari. "Kita memiliki waktu yang terbatas yakni 12 hari. Usaha maksimal dengan memanfaatkan seluruh sumber daya harus dilakukan untuk menemukan kotak hitam," tuturnya
(fdn/rna)